* Air Laut Naik 26-82 Cm
STOCKHOLH - Suhu dunia dilaporkan terus naik dalam beberapa dekade terakhir ini dan kembali naik antara 0,3 sampai 4,8 derajat Celcius dalam abad ini. Permukaan laut juga akan terus meningkat, antara 26 sampai 82 cm, seiring gunung es di Antartika terus mencair akibat pemanasan global yang tak terkendali.
Hal itu dilaporkan tim ilmuwan PBB yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang menegaskan manusia sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global. Dalam laporannya, IPCC mengatakan suhu bumi meningkat sejak tahun 1950-an yang tidak pernah terjadi sebelumnya selama berabad-abad.
IPCC menegaskan keyakinannya sampai 95 persen bahwa ulah manusia sebagai penyebab utama pemanasan global. "Kajian ilmiah kami menunjukkan bahwa atmosfir dan laut semakin panas, jumlah salju dan es juga terus berkurang," kata Qin Dahe, salah satu anggota IPCC yang menyusun laporan.
"Dengan adanya pemanasan global maka permukaan laut meningkat dan konsentrasi gas rumah kaca meningkat," tambahnya dalam jumpa pers di ibukota Swedia, Stockholm, Swedia, Jumat (27/9). Penyusun lain laporan IPCC, Profesor Thomas Stocker, mengatakan perubahan iklim mengancam dua sumber daya utama bagi manusia dan ekosistem, tanah dan air.
"Singkat kata perubahan iklim mengancam planet kita, satu-satunya rumah kita," tegas Profesor Stocker. IPCC dalam laporannya juga menyebutkan suhu akan naik 2 persen jelang 2100, sehingga akan bisa merusak lingkungan dunia. Disebutkan, suhu naik 0,05 derajat Celcius antara tahun 1998 sampai 2012 atau 0,12 derajat Celcius dari 1951 sampai 2012.
"Studi itu telah menjadi dasar kuat untuk mempertimbangkan akibat perubahan iklim terhadap manusia, alam dan cara mengatasinya," kata Rajendra Pachauri, Ketua IPCC. "Kita tahu, polusi dari pembakaran minyak fosil merupakan penyebab utama perubahan iklim ini," kata Samantha Smith, pemimpin kelompok lingkungan, energi dan iklim WWF.
"Iklim telah membuat perubahan yang luar biasa dan sangat beresiko terhadap manusia dan mahkluk hidup lainnya di bumi," ujar Samantha. Sedangkan IPCC melaporkan temuannya kepada panel PBB di Stockholm, Swedia, Jumat, khususnya tentang suhu bumi naik sejak 1998.
Laporan lainnya yakni air laut naik antara 26 sampai 98 sentimeter secara bertahap sampai akhir abad ini, atau meningkat dibandingkan kenaikan air laut sebelum 2007, antara 18 sampai 59 sentimeter. Saat ini, permukaan air laut telah naik 19 sentimeter. Pembuangan CO2 ke atmosfir telah meningkatkan suhu antara 1,5 sampai 4,5 derajat Celcius.
Dampak paling besar dari perubahan iklim ini dialami negara-negara miskin, khususnya akibat air laut naik, topan makin kuat, siang dan malam tetap panas, hujan yang tidak bisa diperkirakan, dan gelombang panas makin lama. IPCC melaporkan, kenaikan suhu sampai 4 derajat Celcius sudah cukup menghancurkan tanaman dan warga di banyak kota besar merasakan panas berkepanjangan.
"Saat suhu naik dan Samudera hangat, kawasan tropis dan subtropis akan menghadapi perubahan hujan tahunan," lapor IPCC. Disebutkan, kawasan Afrika Timur hujan ringan akan meningkat, saat Afrika Barat menghadapi kekeringan lebih parah. Sedangkan Burma, Bangladesh dan India akan menghadapi badai atau topan lebih kuat, saat Asia Selatan diguyur hujan deras musim panas lebih parah.
Indonesia akan mendapati curah hujan berkurang antara bulan Juli sampai Oktober, tetapi kawasan pantai Laut Cina Selatan dan Teluk Thailand diguyur hujan esktrem bersamaan dengan badai dahsyat. Menanggapi laporan itu, para ilmuwan negara-negara berkembang menyambut baik peringatan tersebut.
"IPCC membuat kasus perubahan iklim benar-benar nyata dan lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Kami siap menghadapi perubahan iklim di Bangladesh dan Asia Selatan yang sudah terjadi saat ini," kata Saleemul Huq, Direktur Pusat Perubahan Iklim Internasional di Dhaka, Bangladesh.
Dilaporkan, kehidupan di banyak negara berkembang akan menghadapi panas yang tak tertahankan, seperti di kawasan Afrika yang terus naik 20 persen. Lembaga kemanusiaan Inggris, Oxfam memperkirakan kelaparan akan makin parah, seiring produksi tanaman makin terbatas.
"Perubahan iklim makin memperparah upaya melawan kelaparan yang tampaknya akan lebih buruk lagi," kata Oxfam. "Dunia panas sama dengan dunia lapar dan jika sisa abad 21 membentang seperti dekade pertama, kita akan segera mengalami iklim suhu ekstrim di luar batasan-batasan pengalaman manusia," tandas Oxfam.
Sementara, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan laporan terbaru ini berguna untuk menyelesaikan kesepakatan perubahan iklim dunia. Dia menegaskan akan menyelenggarakan pertemuan puncak untuk membahas tindakan-tindakan yang perlu diambil.
"Saya akan menyelenggarakan pertemuan puncak pada September 2014 bagi pucuk pimpinan, mulai dari pemerintahan, kalangan bisnis, keuangan, masyarakat madani dan akademisi," kata Sekjen PBB.(ap/afp/muh)