BANDA ACEH - Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyalurkan bantuan dana tanggap darurat senilai Rp 1,4 miliar kepada tujuh kabupaten yang terkena bencana banjir dan longsor. Bantuan bersumber dari Dana Siap Pakai (DSP) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala Biro Humas Setda Aceh, Mahyuzar kepada Serambi Jumat (7/11) mengatakan, bantuan tanggap darurat itu diserahkan oleh pihak BNPB kepada Gubernur Aceh pada, Rabu (5/11) malam, di Meuligoe Aceh. Sehari setelahnya, Gubernur Zaini Abdullah bersama sejumlah kepala SKPA langsung terjun ke lapangan, mengunjungi korban banjir, sekaligus menyalurkan bantuan masing-masing senilai Rp 200 juta ke tujuh kabupaten yang dilanda bencana.
Mahyuzar menyebutkan, ketujuh kabupaten yang mendapat bantuan dana tanggap darurat dari BNPB adalah Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Aceh Singkil. Ke tujuh kabupaten itu pula, Gubernur melakukan kunjungan sejak Kamis sampai Jumat.
Kepala Biro Humas Setda Aceh mengatakan, selain bantuan dana tanggap darurat dari BNPB, Pemerintah Aceh juga telah mengalokasikan dana Rp 2,1 miliar untuk membeli barang bantuan untuk disalurkan ke lokasi-lokasi posko pengungsi di daerah yang dilanda banjir dan tanah longsor.
Kunjungan lapangan
Wartawan Serambi dari sejumlah daerah melaporkan, setelah mengunjungi kawasan barat Aceh Besar dan Aceh Jaya, Kamis (6/11), Gubernur Zaini Abdullah bersama rombongan secara marathon mengunjungi titik-titik bencana dan lokasi penampungan korban banjir di lima kabupaten lainnya, yaitu Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Aceh Singkil.
Di Aceh Barat, Gubernur Zaini Abdullah menegaskan larangan aktivitas penambangan batu gajah yang selama ini masih marak dilakukan di gunung-gunung khususnya kawasan pantai barat selatan Aceh. Pasalnya, dampak dari penambangan yang dilakukan oleh pengusaha atau kontraktor dapat menyebabkan malapetaka banjir dan tanah longsor yang kini melanda wilayah barat selatan Aceh.
"Itu sangat berbahaya dan harus segera dihentikan. Perlu diingat gunung adalah kepentingan umat maka segera stop pengangkutan batu gajah," tegas Gubernur Zaini kepada wartawan, di sela kunjungan ke lokasi pengungsi korban banjir di gedung STM Meulaboh, Aceh Barat, Kamis (6/11) sore.
Kedatangan gubernur dan rombongan dari Banda Aceh sekitar pukul 17.00 WIB disambut Bupati Aceh Barat, HT Alaidinsyah. Menurut Gubernur, batu gajah yang kini diangkut oleh sejumlah rekanan adalah kepentingan pribadi dan hal ini harus segera dihentikan sehingga banjir dan longsor ke depan diharapkan tidak lagi terulang.
Sementara di Nagan Raya, Gubernur Zaini meninjau sejumlah lokasi yang rusak akibat terjangan banjir di lintasan Kuala Tuha-Lamie di kawasan Lueng Keubeu Jagat serta Pasi Keubeu Dom yang mengalami kerusakan parah, akibat erosi Krueng Tripa yang terus mengikis badan jalan.
"Semua kerusakan ini akan ditangani, karena itu pemerintah kabupaten harus mengusulkan proposal untuk dilakukan perbaikan," katanya di hadapan Asisten II Setdakab Nagan Raya, HM Junid, Plt Kadis Bina Marga Nagan Raya Ir H Adi Martha, serta sejumlah pejabat dari jajaran SKPA, Kamis (6/11) malam, di Tripa Makmur.
Dalam kunjungan ini, Gubernur Zaini juga melihat sejumlah kerusakan yang diakibatkan terjangan banjir dan berjanji akan menangani persoalan ini secara serius. Mengingat erosi Krueng Tripa ini kerap menyebabkan banjir di pemukiman masyarakat di Nagan Raya, serta menyebabkan banjir besar di wilayah ini.
Tak hanya itu, dalam kunjungan tersebut, Gubernur Zaini juga melakukan kunjungan ke masyarakat korban banjir yang masih mengungsi akibat luapan air masih menggenangi rumah mereka. Dalam kegiatan ini, gubernur juga berdialog dengan masyarakat korban bencana.
Di Aceh Barat Daya (Abdya), Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, menerima laporan bahwa warga tiga dusun di Desa Gunung Samarinda, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Abdya, terancam tenggelam akibat abrasi Krueng Seumanyam yang semakin parah. Laporan disampaikan langsung Keuchik Gunung Samarinda, M Akhir kepada Gubernur, saat meninjau peristiwa abrasi sungai di perbatasan Kabupaten Abdya dengan Kabupaten Nagan Raya, Jumat (7/11) pagi.
Dari lokasi atas jembatan Krueng Seumanyam, Keuchik Gunung Samarinda, M Akhir kepada Gubernur Zaini Abdulah menjelaskan, abrasi Krueng Semanyam semakin parah sekitar satu tahun belakangan. Bangunan lama masjid desa setempat sudah ambruk ke dalam sungai. Demikian juga tanaman kelapa sawit dan tanaman lainnya milik warga di tebing sungai sepangang 500 meter arah atas jembatan dan 400 meter arah bawah jembatan.
Abrasi semakin menjadi-jadi dalam peristiwa banjir Sabtu (1/11) dan Senin (3/11) lalu. Bila tidak ditangani, kata Keuchik M Akhir, warga dalam tiga dusun bakal tenggelam akibat berpindah arus sungai ke dalm pemukiman penduduk melalui bekas sungai (alue matee) di bagian hulu dan hilir jembatan. "Warga di tiga dusun akan tewas (korban karena tenggelam) akibat berpindah arus sungai," tandas Keuchik Akhir kepada Gubernur Aceh.
Dari Abdya, Gubernur Zaini Abdullah bersama sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) melanjutkan kunjungan ke Kabupaten Aceh Selatan. Dalam perjalanan, rombongan sempat singgah di Gampong Peulokan, Kecamatan Labuhan Haji Barat. Selain bersilahturahmi dengan tokoh masyarakat dan mengunjungi korban banjir, Gubernur menyempatkan diri melihat kondisi salah satu SD di gampong dimaksud yang rusak akibat banjir.
Beberapa saat setelah meninjau kondisi banjir di Gampong dimaksud, Gubernur Aceh beserta rombongan bertolak ke Tapaktuan dan singgah sejenak di Pendopo Bupati. Setelah itu, doto Zaini Abdullah melanjutkan perjalanan menuju Aceh Singkil menggunakan pesawat melalui Bandara Teuku Cut Ali di Gampong Teupin Gajah, Kecamatan Pasie Raja.
Pembalakan liar
Saat mengunjungi korban banjir di Desa Ujung Bawang, Aceh Singkil, Jumat (7/11), Gubernur Zaini Abdullah menilai banjir di Singkil merupakan yang terparah, karena sudah berlangsung selama tujuh hari. "Banjir Aceh Singkil, merupakan yang terparah. Bila di daerah lain sudah surut, ini sampai tujuh hari," kata Zaini didampingi Bupati Aceh Singkil, Safriadi.
Ditanya rencana penanggulangan banjir, Zaini menyatakan khusus Aceh Singkil, akan dibangun tanggul sepanjang 13 kilometer mulai Tanah Merah, Gunung Meriah, hingga Singkil. Pembangunan tanggul tersebut, membutuhkan biaya sekitar 125 miliar. "Pelaksanaannya segera mungkin, secepatnya," ujar Gubernur.
Pada bagian lain, Gubernur mengungkapkan, akan melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap pelaku pembalakan liar (illegal loging). Sebab menurutnya, banjir yang melanda Aceh, selain faktor curah hujan tinggi. Juga karena adanya pembalakan liar di hulu sungai. "Kami akan cari aktor utama illegal loging," tegas Zaini.
Sementara itu, belasan anak-anak dan kaum ibu, terlihat berebut minta makanan di dapur umum BPBD di Desa Suka Makmur, Singkil. Mereka seakan tidak peduli dengan kehadiran orang nomor satu di Aceh, yang menjenguk dan memberikan bantuan.
Teriakan minta jatah makan pun silih berganti bersahutan. Malah Serambi, yang mengabadikan kejadian itu, tiba-tiba diminta menyodorkan mangkuk plastik oleh seorang bocah agar diisi makan petugas dapur umum BPBD.
Permintaan makan itu, menurut informai terus berlangsung, tak peduli siapa pun yang hadir di sana. "Orang ini, udah pun dikasih, taruh di rumah datang minta lagi," kata seorang warga.
Lain di Suka Makmur, lain di Ujung Bawang. Di sana korban banjir, begitu melihat Gubernur datang, langsung berdampeng (kesenian tradisional). Dengan pakaian basah, kaum laki-laki menari diringi dendang berbahasa Singkil. "Bapak ibu, Pak Gubernur sudah datang meninjau dan memberikan bantuan untuk korban banjir di daerah kita," kata Bupati Safriadi.(her/riz/edi/nun/tz/de)
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |