BANDA ACEH - Keberadaan anak-anak punk lelaki dan perempuan di bantaran Krueng Aceh, belakang Hotel Medan, Peunayong, Banda Aceh, makin meresahkan warga sekitar. Klimaksnya, Jumat (25/4) sekitar pukul 00.30 WIB dinihari, massa merazia lokasi itu dan menemukan tiga pasang anak punk. Massa yang emosi lalu memangkas rambut mereka, kemudian keenamnya direndam di Krueng (Sungai) Aceh setengah jam.
Informasi ini awalnya diperoleh Serambi dari sumber-sumber di Banda Aceh.
Ketua Brigade Masjid Al-Muttaqin Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Saimun ketika dikonfirmasi membenarkan informasi itu. Ia bahkan mengakui termasuk satu di antara 30 massa yang melakukan penertiban anak-anak yang doyan hidup bebas tersebut.
Menurutnya, anak-anak punk sudah lama mangkal di kawasan itu, bahkan sudah berganti-ganti orang. Tiga pasangan yang ditangkap kemarin perempuannya diperkirakan berumur 13-15 tahun, sedangkan lelakinya berumur 15-19 tahun. Mereka sudah berbilang bulan mangkal di belakang hotel tersebut.
"Sebelumnya kami juga telah berkali-kali mengingatkan mereka supaya bubar, tapi sepertinya imbauan kami diabaikan sehingga kami menertibkannya. Apalagi terkadang jumlah mereka mencapai 30-an orang," ungkap Saimun.
Ketua Brigade Masjid Al-Muttaqin Peunayong ini menambahkan, saat penertiban malam itu, awalnya mereka mendapati tiga anak punk pria. Ketiganya dilepaskan karena mereka tidak sedang bersama anak punk perempuan.
Namun, menjelang ketiga cowok itu dilepaskan, tiba-tiba ke luar tiga pasang anak punk lainnya, sehingga ketiga pasangan itu diinterogasi massa. Kemudian ada di antara massa yang langsung memangkas rambut ketiga pasangan itu karena rambut mereka terlihat tak lazim. Misalnya, selain awut-awutan, bercat warna-warni pula.
"Maka untuk memberi efek jera serta agar menjadi pelajaran bagi yang lainnya, ketiga pasangan ini disuruh massa turun ke Krueng Aceh. Setelah hampir setengah jam direndam, akhirnya mereka dilepaskan setelah dinasihati agar jangan ada lagi yang mangkal di kawasan itu serta berkeliaran di Peunayong," ujar Saimun.
Menurut Saimun, aksi massa ini sempat menimbulkan perhatian warga yang memadati Jembatan Peunayong hingga ke bantaran Krueng Aceh yang berjarak sekitar 50 meter dari jembatan. Apalagi sesaat kemudian aparat Polresta Banda Aceh tiba ke lokasi kejadian.
Namun, ketiga pasangan yang semuanya mengaku anak Aceh itu sudah duluan dilepas massa.
Kembali berkeliaran
Menurut catatan Serambi, pada 10 Desember 2011, 65 anak punk terjaring razia di Banda Aceh. Kemudian, Pemko Banda Aceh bekerja sama Polda Aceh membina mereka di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, sekitar sepuluh hari. Selanjutnya, anak-anak punk asal Aceh dikembalikan ke orang tuanya. Sedangkan anak punk asal daerah lain, umumnya dari Sumut dipulangkan ke provinsi masing-masing.
Namun, akhir-akhir ini anak punk sudah tampak banyak lagi berkeliaran di Banda Aceh, bahkan meresahkan warga. Pada 21 November 2013 puluhan anak punk nekat mengeroyok seorang pengunjung kafe di kawasan Rex Peunayong. Pasalnya, pengunjung itu sempat marah kepada seorang anak punk yang memaksa meminta uang padanya. Para anak-anak punk ini sempat diamankan polisi.
Sebelumnya, pada 12 Januari 2013, anak punk asal Medan bernama Rosi (23) pura-pura tewas di bantaran Krueng Aceh belakang Hotel Medan. Aksinya itu heboh hingga datang polisi mengangkutnya ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara. Namun, sesampai di RS itu ia terbangun dalam kondisi sehat usai melihat suntikan. (sal)
Anda sedang membaca artikel tentang
Massa Rendam Tiga Pasang Anak Punk
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/04/massa-rendam-tiga-pasang-anak-punk.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Massa Rendam Tiga Pasang Anak Punk
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Massa Rendam Tiga Pasang Anak Punk
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar