Karena Iri, Pedagang Bangun Masjid Sendiri

Written By Unknown on Sabtu, 26 April 2014 | 16.24

AZWIR NAZAR, mantan pengurus Remaja Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, melaporkan dari Turki

ADA sebuah masjid yang memiliki kisah menarik di Istanbul. Tak banyak orang yang tahu atau pernah berkunjung ke masjid ini. Rumah Allah yang satu ini sangat istimewa, baik dilihat dari sisi sejarah maupun penamaannya. Namanya "Sanki Yedim", nama yang bahkan terbilang asing di telinga sebagian orang Turki.

Masjid ini tidak sepopuler Masjid Biru (Blue Mosque), Hagia Sofia, Bosphorus, atau aneka peninggalan Dinasti Ustmani lainnya.

Masjid ini memang tak ramai dikunjungi karena bukanlah masjid besar di Istanbul. Ia terletak di Distrik Fatih, Zeyrek Mahallesi. Pada masa Ottoman wilayah ini termasuk basis sejarah dan tempat ibadah.

Menurut legenda di kota dua benua ini, masjid tersebut dibangun oleh seorang pedagang kecil bernama Kececizade Hayreddin. Awalnya dia iri melihat sebuah masjid megah yang dibangun salah satu pangeran Turki Ustmani saat itu. Lalu sang pedagang tersebut bertekad ingin membangun sebuah masjid sendiri, seperti yang dilakukan sang pangeran. Padahal dia hanya memiliki sebuah warung kecil.

Hayreddin pun kemudian mengumpulkan penghasilannya hari demi hari sampai 20 tahun lamanya pada abad ke-18. Baru setelah sejumlah dana terkumpul Hayreddin atau dikenal juga dengan nama Adanali Sakir Effendi, membangun masjid. Jadi, keiriannya diarahkan untuk tujuan yang baik, membangun rumah Allah.

Dari sisi namanya sendiri masjid ini juga sangatlah unik. Ia masyhur dengan sebutan "Sanki Yedim". Dalam bahasa Turki gabungan kata itu berarti "seolah-olah sudah makan". Hal yang benar-benar luar biasa dilakukan Hayreddin adalaah dia rela tidak makan, atau berpura-pura telah kenyang, dan terkadang seolah-olah sudah makan demi menabung uang untuk cita-cita besarnya, membangun sebuah masjid semasa hidupnya.

Sederhananya, saat makan tiba, dia memilih tidak makan, sampai sebegitunya pengorbanan hayreddin. Atau makan sekadarnya saja, mengurangi porsi makan, bahkan ada hari yang dia lewati tanpa makan supaya uang hasil dagangannya bisa ditabung.

Cara dia menyisihkan uang makannya ini menjadi motivasi dan spirit bagi siapa pun yang berniat baik membangun rumah Allah. Sekali lagi masjid ini memang tidak semegah dan seindah masjid-masjid lainnya di Istanbul maupun Turki. Tapi sebuah perjuangan tulus dan cara membangunnya telah mendatangkan ketakjuban yang luar biasa, sehingga Masjid Sanki Yedim masih menjadi buah bibir antargenerasi di Turki.

Kesungguhan dan pengorbanan sang pedagang yang tak kaya ini tidak dapat terganti oleh nilai materi apa pun. Semua itu dia lakukan karena landasan iman dan tekad yang kuat di dalam dirinya untuk membangun sebuah rumah Allah.  

Sekadar tambahan, di Turki kini urusan agama dikelola oleh satu departemen bernama Diyanet. Termasuk ke dalamnya urusan kemakmuran masjid. Jadi, para imam dan khatib--seperti halnya pegawai negeri--mendapat gaji setiap bulan dari pemerintah.

Dalam praktiknya, mulai dari judul sampai materi khutbah disiapkan oleh lembaga ini. Mereka mengelola urusan masjid secara profesional dan terintegrasi dengan masjid-masjid yang ada di Turki. Misalnya, kalau ada yang ingin menyumbang ke masjid atau berinfak Jumatan, sumbangannya dikelola satu pintu oleh Turkiye Diyanet.

Lembaga inilah selanjutnya yang akan mendistribusikan sumbangan atau infak tadi, termasuk mengatur pembangunan masjid. Maka tak mengherankan bila hanya dalam berbilang bulan banyak masjid baru muncul di Turki. Pembangunannya bisa rampung dalam dalam waktu cepat, karena infak jamaah/donatur hanya masuk melalui satu pintu. Kemudian didistribusikan ke sasaran yang tepat. Misalnya untuk bulan ini hasil infak dari masjid-masjid di Ankara diplotkan untuk menyelesaikan masjid A, lalu bulan depan ke masjid lain, dan seterusnya. Dengan cara inilah jumlah masjid baru di Turki cepat bertambah dan masjid yang sudah duluan ada tetap bagus manajemennya.

Begitulah, musim boleh berganti, penguasa boleh berbeda, tapi kebijakan untuk memakmurkan masjid tetap terjaga dari waktu ke waktu. Sehingga, cuaca di Turki boleh saja dingin atau panas, tapi ketika masuk ke dalam masjid kita hanya akan merasakan keteduhan dan kekhusyukan beribadah. Tak terkecuali di Masjid Sanki Yedim yang saya ceritakan di awal laporan ini.

Maka bila Anda punya kesempatan berkunjung ke Istanbul, tak ada salahnya untuk menambahkan satu lagi destinasi baru dalam daftar kunjungan Anda, yakni mendatangi dan shalat dua rakaat di Masjid Sanki Yedim ini. Rasakan sendiri gairah spiritualnya. [email penulis: azwir.nazar@yahoo.com]

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com


Anda sedang membaca artikel tentang

Karena Iri, Pedagang Bangun Masjid Sendiri

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/04/karena-iri-pedagang-bangun-masjid.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Karena Iri, Pedagang Bangun Masjid Sendiri

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Karena Iri, Pedagang Bangun Masjid Sendiri

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger