DR Rita Khatir, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,
peserta Summerschool di Witzenhausen Jerman, melaporkan dari Jerman
KITA di Aceh biasanya mengenal istilah lancang garam, tempat petani garam bekerja mengolah air laut menjadi garam. Namun, kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya di tambang garam Merkers yang saya kunjungi di negara Jerman. Tambang Merkers ini terletak di Wera, Thuringia, wilayah Jerman Timur. Selayaknya tambang emas, di sini garam benar-benar ditambang. Mereka bahkan menamai garam sebagai emas putih (white gold).
Konon endapan garam di bumi Jerman terjadi secara alamiah dari lautan yang terjebak di dalam cekungan daratan. Setelah proses penguapan dalam kurun waktu jutaan tahun, terbentuklah lapisan batuan garam yang sangat keras dengan berbagai warna.
Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering disebut halite. Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Garam mempunyai berat jenis 2,1 g/cc, lebih ringan dari sedimen-sedimen lain di sekelilingnya. Akibatnya, lapisan batuan garam cenderung menerobos ke arah permukaan. Pada bagian tertentu menyebabkan timbulnya kubah-kubah garam, bahkan ada yang mencapai permukaan lautan.
Karena kondisi geologi inilah, kemudian warga Jerman memperoleh garam dengan cara yang tak lazim. Penambangan dilakukan untuk menghasilkan garam untuk industri makanan dan kesehatan, terutama untuk pupuk pertanian (potasium). Prinsip kerjanya, meledakkan batuan garam, lalu mengumpulkannya, dan memrosesnya di penggilingan.
Pada saat ini terdapat puluhan tambang seperti Merkers tersebar di seluruh daratan Jerman. Bayangkan bahwa di dalam bumi Jerman sana terdapat puluhan kilometer2 batuan garam. Subhanallah. Saat ini Merkers memberikan peluang bagi pengunjung untuk berwisata ke dalam tambang tersebut dan menikmati aroma bawah tanah yang dulunya hanya dapat dirasakan oleh pekerja. Para pekerja tambang itu konon tak pernah melihat matahari, karena mereka mulai bekerja ketika matahari belum ke luar dan kembali ke rumah untuk beristirahat ketika hari sudah gelap. Petualangan ini selain menghibur, juga menambah wawasan keilmuan kita tentang pengolahan garam.
Petualangan yang saya ikuti ke pertambangan garam ini dimulai dengan membeli tiket yang berbentuk cincin besi. Hal ini untuk memudahkan pengelola mengidentifikasi jumlah pengunjung. Ketika memasuki tambang, cincin-cincin tadi harus diserahkan kepada penjaga pintu, dengan demikian penjaga pintu tahu berapa orang yang berada di dalam tambah tersebut. Petualangan disediakan bagi grup berjumlah 10-30 orang. Setiap orang harus memakai baju khusus dan helm. Kemudian kami menuju sebuah lift tiga tingkat yang membawa kami ke kedalaman 500 meter di bawah permukaan tanah selama 90 detik. Di sana kami melanjutkan perjalanan dengan sebuah truk sejauh 20 km sampai ke kedalaman 800 meter. Sopir yang sekaligus guide kami sangat pandai mengemudi, kadang kala pelan dan kadang kala sangat kencang sehingga membuat penumpang hiruk pikuk histeris. Ternyata kecepatan maksimum yang diperkenankan 35 km/jam, namun bagi kami saat itu kecepatan truk seolah-olah sangat kencang. Kami berhenti di beberapa point penting. Uniknya, kami merasa hangat di bawah tanah dan tak perlu jaket, padahal di atas suhu antara 3-6 °C.
Pertama kami dibawa menyaksikan sebuah film bagaimana proses penambangan dilakukan. Bom-bom harus dipasang pada banyak titik untuk menghancurkan bongkahan garam seluas 5 m2. Film ini dibuat seolah-olah nyata, terutama sekali waktu bom meledak, suara menggelegar seperti telah terjadikan ledakan yang sebenarnya. Hasil ledakan inilah yang kemudian diolah mejadi berbagai jenis garam mineral yang bermanfaat bagi manusia.
Pada stasiun kedua kami berhenti di museum garam. Di sini kami melihat dokumentasi dan contoh fisik peralatan yang digunakan selama penambangan. Seratus tahun lalu semua peralatan masih manual dan digerakkan dengan tenaga manusia. Kemudian sistem troli mulai diaplikasikan sampai akhirnya sistem listrik dan automatic modern.
Pemberhentian selanjutnya adalah sebuah terowongan garam berukuran panjang 250 m, lebar 22 m, dan tinggi 17 m. Karena keindahannya, ruang ini didesain pula menjadi sebuah auditorium konser (sebuah hall concert bawah tanah terbesar di dunia). Putih bersih seperti kaca, tetapi sesungguhnya itu adalah batuan garam.
Pada kedalaman 800 m, kami memasuki sebuah ruang kristal yang ditemukan pada tahun 1981. Kristal ini sebenarnya adalah lapisan garam sangat tebal mencapai 1 m yang terbentuk secara alamiah. Akibatnya ruang ini menjadi berkilau dan bercahaya. Sungguh indah.
Tambang Merkers berperan penting dalam sejarah Jerman. Pada masa Perang Dunia II, tambang ini pernah menjadi tempat penyimpanan uang dan emas Pemerintah Jerman (220 ton emas batangan). Namun sayang, tentara Amerika berhasil menemukan harta tersebut dan mengangkutnya sampai habis. Napas saya serasa terhenti ketika berada dalam kamar emas (Gold raum) tersebut. Kantung-kantung uang dan emas imitasi masih memenuhi ruangan dilengkapi dengan poster yang menceritakan sejarah ruang emas tersebut. Wisata ke tambang Merkers benar-benar menghibur, unik, dan menambah pengetahuan saya. Anda kapan? [email penulis: rkhathir79@gmail.com]
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com
Anda sedang membaca artikel tentang
Merkers, Tambang Garam Jerman yang Menakjubkan
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/01/merkers-tambang-garam-jerman-yang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Merkers, Tambang Garam Jerman yang Menakjubkan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Merkers, Tambang Garam Jerman yang Menakjubkan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar