* KAMMI Tagih Janji Kampanye Zikir
BANDA ACEH - Dua kelompok massa yang sama-sama menagih janji Pemerintah Aceh, Jumat kemarin berdemo ke Kantor Gubernur Aceh di Banda Aceh. Kelompok pertama dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menagih 21 janji Zikir (Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf) saat kampanye. Sedangkan kelompok lain yang melancarkan aksi hingga menjelang Magrib--bahkan sempat terjadi pengrusakan--menuntut dana masing-masing Rp 500.000 sebagaimana proposal yang sudah diterima tim Kantor Gubernur Aceh, beberapa waktu lalu.
Pantauan Serambi, sekitar pukul 10.45 WIB, massa KAMI Aceh berjumlah puluhan orang tiba di Kantor Gubernur. Seorang di antara mahasiswa ini mengenakan jas bertuliskan 'Gubernur' dan seorang lagi menyelempangkan kertas karton dari bahu ke badannya bertuliskan "Rp 1 juta/KK". Nada tulisan itu menagih satu dari 21 janji Zikir semasa kampanye dulu yang menyebut jika mereka terpilih, maka rakyat Aceh akan diberi Rp 1 juta/KK dari dana minyak dan gas (migas).
"Rp 25 triliun APBA 2012 dan 2013, tetapi daya serap sangat lemah. Selalu dikejar ketika akhir tahun, bahkan ada modus membayar dulu, padahal proyek belum rampung. Hingga saat ini daya serap APBA 2013 baru 56 persen. Tetapi di sisi lain, gubernur/wagub belum merealisasikan satupun janji kampanye mereka, termasuk janji Rp 1 juta/KK," teriak Ketua Umum KAMMI Aceh, Faisal Qasim.
'Massa proposal'
Baru sesaat aktivis mahasiswa dari KAMMI berorasi di depan teras depan Kantor Gubernur Aceh, tiba-tiba jumlah massa bergabung semakin ramai. Ternyata massa tambahan ini adalah ibu-ibu pemohon bantuan ke Kantor Gubernur yang tak mendapat Rp 500.000 per orang untuk bantuan usaha sesuai yang telah disetujui Pemerintah Aceh terhadap proposal mereka sebelum 11 Desember 2013.
Sebagian kaum ibu ini juga ikut berorasi menggunakan mik toa milik mahasiswa. "Kenapa bantuan yang telah dijanjikan ke kami Rp 500.000 tak diberikan lagi, padahal proposal kami sudah diterima dan sudah ada nomor agenda. Kami tak akan pulang kalau bantuan ini tak diberikan!" teriak seorang wanita yang mengaku berasal dari Aceh Utara. Seorang ibu lainnya malah menyindir mahasiswa dengan mengatakan, "Jangankan janji saat kampanye, uang proposal Rp 500.000 saja tak jelas."
Sempat terjadi dorong-dorongan antara mahasiswa plus warga pemohon bantuan dengan petugas Satpol PP dan WH Aceh yang mengamankan aksi. Namun, hingga aksi berakhir sekitar pukul 12.00 WIB seiring dengan hampir masuknya waktu shalat Jumat, baik Gubernur maupun Wagub Aceh dan pejabat lainnya, tak seorang pun yang menjumpai massa. Menjelang Jumat, aktivis KAMMI meninggalkan Kantor Gubernur Aceh.
Berujung rusuh
Ba'da Jumat atau sekitar pukul 14.30 WIB, ratusan demonstran yang didominasi kaum ibu mulai melakukan aksi di teras Kantor Gubernur. Massa yang ramai dan tak terkendali itu mulai melakukan tindakan anarkis dengan memecahkan kaca-kaca di Kantor Gubernur serta belasan pot bunga yang berada di lobi serta kompleks kantor. Bahkan pintu gerbang masuk dan keluar kantor itu diblokir paksa oleh demonstran yang mengakibatkan ratusan pegawai tidak bisa pulang, terutama mereka yang menggunakan kendaraan.
Pemblokiran dan pengrusakan yang terus dilakukan oleh massa tersebut dikarenakan jumlah personel polisi dibantu petugas Satpol PP tidak sebanding dengan jumlah demonstran yang hampir mencapai seribuan orang. Malah, beberapa kali para demonstran terlihat menerobos masuk ke dalam kantor sambil berteriak-teriak, 'kami ingin bertemu gubernur atau wagub'. Pun demikian tidak seorang pun dari pihak Kantor Gubernur Aceh yang datang menemui demonstran dan memberi penjelasan tentang tuntutan massa.
Sejumlah demonstran yang ditemui Serambi mengaku datang dari Bireuen, Sigli, Langsa, Lhokseumawe bahkan ada yang dari Aceh Singkil, Aceh Selatan dan sejumlah wilayah lainnya. "Nama dan nomor saya 1023 sudah ada di komputer. Saya sudah lihat sendiri. Namun, ketika saya datang tadi dan berharap uang bantuan itu bisa membantu saya, tiba-tiba saya dengar sudah tutup dan tidak dilayani lagi. Bagaimana kami tidak kecewa. Sebenarnya saya lagi membawa keponakan saya berobat ke Medan. Tapi, begitu tahu bantuan itu katanya sudah cair, saya langsung ke Banda Aceh," ujar Zahnirah, asal Langsa sembari menunjukkan nomor agenda proposal yang sudah masuk Kantor Gubernur.
Demonstran lain yang ditanyai juga mengaku hal yang sama. Malah, mereka mengaku sudah berhari-hari berada di Banda Aceh dengan satu tujuan menunggu bantuan itu cair. "Saya sudah lima hari di Banda Aceh. Saya sangat mengharapkan bantuan itu ada bagi kami sebagai rakyat miskin, berapapun itu jumlahnya. Meski kami tahu dulunya ada yang dapat Rp 5 juta," kata Habsah (57), demonstran yang juga datang dari Langsa sambil menunjukkan nomornya 518/67882 6/12-13.
Dibubarkan paksa
Menjelang Magrib atau sekitar pukul 18.15 WIB, massa yang masih bertahan di Kantor Gubernur Aceh dibubarkan paksa oleh beberapa peleton aparat kepolisian dari Polresta dan Brimob Polda Aceh serta petugas Satpol PP.
Pembubaran dilakukan karena massa berkeras ingin tetap bertahan di sana. Kondisi pun mulai tak terkendali, aksi lempar pun terjadi, sehingga beberapa kaca depan di lobi Kantor Gubernur Aceh pecah. Berawal dari itulah petugas melepaskan belasan kali tembakan ke udara. Massa pun terpecah-pecah dan aksi kejar-kejaran pun tak terhindari, ketika polisi mendapati sejumlah demonstran diduga pemicu kerusuhan tetap bertahan di lokasi.
Polisi menangkap 9 orang dan dibawa ke Mapolresta Banda Aceh. Dari kerusuhan itu dilaporkan bukan hanya demonstran saja yang terkena pukulan petugas tetapi beberapa anggota polisi berpakaian preman juga ikut dipukul oleh petugas yang memakai seragam.
Bahkan beberapa di antara masyarakat yang memiliki keperluan di Kantor Gubernur dan terjebak dengan situasi banyaknya massa akibat pintu gerbang sempat diblokir, mendadak terkena serangan jantung begitu mendengar beberapa kali suara tembakan. Para korban itu langsung dipapah beramai-ramai oleh keluarga dan petugas ke RSU Zainoel Abidin.
Kamera wartawan ditarik
Kerusuhan juga mengakibatkan kamera seorang wartawan dari media online yang sedang mengabadikan petugas kepolisian saat menangkap perusuh mengaku kameranya sempat dirampas dan dijatuhkan ke lantai oleh petugas yang sempat diabadikan tersebut. "Ya, kamera saya ditarik langsung dijatuhkan ke lantai. Saya kenal dengan polisi itu dan sempat mengambil gambarnya," kata Ghadafi, wartawan media online tersebut.
Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Moffan MK mengaku telah meminta maaf langsung kepada Ghadafi dengan mengganti sejumlah biaya perbaikan atas kerusakan kameranya. "Secara pribadi dan institusi saya telah meminta maaf langsung kepada Ghadafi dan saya telah berjabat tangan dengan mengganti atas kerugian kamera Ghadafi. Tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi, apalagi wartawan itu mitra kami. Saya bisa katakan hal itu terjadi, karena waktu itu situasional dan kondisi sedang tidak terkendali," demikian Moffan.(mir/sal)
Anda sedang membaca artikel tentang
Massa Rusak Kantor Gubernur
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/12/massa-rusak-kantor-gubernur.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Massa Rusak Kantor Gubernur
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar