PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) Subulussalam yang dijadwalkan digelar pada 29 Oktober mendatang tinggal menghitung hari. Namun, ada keunikan tersendiri dalam menghadapi pilkada kota yang dikenal dengan semboyan Sada Kata ini. Pasalnya, meski pesta demokrasi untuk memilih orang nomor satu dan dua sudah diambang pintu, hampir tidak ditemukan adanya baliho maupun spanduk pasangan kandidat yang ingin bertarung pada pilkada itu.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kegiatan serupa yang digelar 2008 silam. Pada masa itu, baliho ataupun spanduk-spanduk para calon wali kota/wakil wali kota sudah bertabur di sejumlah lokasi bahkan setahun sebelum tahapan dimulai.
Di sisi lain, kondisi pilkada tanpa baliho dan spanduk ini bahkan menimbulkan berbagai asumsi di masyarakat. Beberapa masyarakat berasumsi bahwa tidak adanya baliho maupun spanduk kandidat lantaran belum jelasnya keabsahan pilkada Subulussalam.
Namun tak sedikit pula yang mengatakan apabila pilkada berlangsung 2013, bisa dikatakan menjadi nominator pilkada tanpa baliho di Aceh, bahkan kemungkinan secara nasional. "Kalau pilkada ini memang lanjut berarti bisa dikatakan pilkada paling beda dengan daerah lain karena tidak ada baliho atau spanduk yang berisi kampanye kandidat," kata Darmi (31) salah seorang warga Subulussalam.
Pada bagian lain, warga menilai ada baiknya pilkada tanpa baliho karena masih banyak strategi kampanye yang bisa dilakukan oleh para kandidat, terutama yang berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat. "Daripada sekedar tebar pesona dengan pasang foto di segala penjuru kota maupun daerah," kata Suparman L, aktivis pemuda Kota Subulussalam kepada Serambi Kamis (29/8).
Menurut Suparman, pada dasarnya rakyat lebih membutuhkan kepedulian nyata dari para calon pemimpin bukan hanya menampilkan wajah dan tulisan yang terpampang di poster, stiker, baliho, dan lainnya. "Sebenarnya masyarakat tidak teralu butuh melihat pampangan foto di baliho atau spanduk para kandidat, karena itu malah terkesan egois karena kandidat hanya ingin dilihat dan didengar, tapi tidak mau melihat, mendengar dan merasakan apa yang diinginkan rakyat," kata Suparman.
Pantauan Serambi di sepanjang jalan poros Kota Subulussalam maupun ke pelosok desa, nyaris tak ada baliho dan spanduk milik kandidat pasangan wali kota. Hal ini berbeda dengan para caleg yang telah menebar baliho dan spanduk sejak tiga bulan lalu di seluruh penjuru Kota Subulussalam.
Meski tak ada baliho, bukan berarti para kandidat ini tidak mensolisasikan diri sama sekali. Mereka memanfaatkan beberapa media jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
Sayangnya, selain hal yang positif, ada pula sisi negatif dari pemanfaatan jejaring sosial ini, yakni black campaig yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka memanfaatkan situs jejaring yang isinya adalah anjuran ataupun ajakan untuk tidak memilih salah satu calon dengan memberikan keterangan-keterangan yang entah itu fakta atau fiktif belaka.
Terhadap masalah ini, Suparman tokoh pemuda yang juga aktivis LSM, berharap masyarakat Subulussalam bisa menjadi pemilih yang cerdas tanpa harus menyudutkan atau saling fitnah. "Siapapun bisa memberikan pendapat tapi jangan sampai saling fitnah," kata Suparman.(khalidin)
Anda sedang membaca artikel tentang
Pilkada Sepi dari Baliho Kandidat
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/08/pilkada-sepi-dari-baliho-kandidat.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pilkada Sepi dari Baliho Kandidat
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pilkada Sepi dari Baliho Kandidat
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar