Korban Bertahan Nafas Buatan

Written By Unknown on Jumat, 05 Juli 2013 | 16.25

WANITA paruh baya itu menangis terisak-isak. Ia hanya bisa duduk menunggu. Perasaannya kalut bercampur cemas, menunggu anaknya di depan ruang operasi Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

"Doakan semoga dia baik-baik saja," katanya. Wanita itu bernama Fitri, berasal asal Desa Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Ia ibu kandung dari Hafiz Mahardika (10), salah satu anak korban gempa yang melanda Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, 2 Juli lalu.

Kemarin, Hafiz menjalani operasi di RSUZA. Ia luka serius. Kepalanya tertimpa reruntuhan bangunan dan mengalami pendarahan hebat. Gempa yang melanda Bener Meriah dan Aceh Tengah, Selasa (2/7), tidak hanya merenggut korban tewas dan luka-luka orang dewasa. Tapi juga menyimpan kisah pilu bagi anak-anak dan balita.

Hafiz adalah salah satu dari puluhan korban anak-anak yang ikut merasakan dampak gempa 6,2 SR yang menyebabkan puluhan orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka itu.

Lukanya yang cukup serius membuat Hafiz harus dievakuasi ke RSUZA melalui ambulans udara, pesawat MAF. Korban tiba di Bandara SIM, Blang Bintang, Rabu (3/7) sore. Namun, baru kemarin balita berusia 10 bulan itu menjalani operasi. Sementara di luar ruangan operasi keluarga korban menunggu gelisah.

"Waktu dibawa ke sini (rumah sakit), masih sadar," kata Fitri. Hafiz merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Rahmat dan Fitri. Saat gempa menguncang, balita itu berada di gendongan neneknya, Sidiyem (50) yang juga menderita luka-luka. Goncangan gempa yang begitu kuat membuat bangunan rumah roboh dan menimpa kepala Hafiz. Hafiz adalah salah satu korban yang sempat dijenguk Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah saat meninjau lokasi bencana di Bener Meriah dan Aceh Tengah, Rabu lalu. Atas instruksi Gubernur Aceh, Hafiz dievakuasi ke Banda Aceh melalui ambulans udara.

Cerita pilu lainnya atas dahsyatnya gempa yang melanda Bener Meriah dan Aceh Tengah juga dirasakan Aldi Juliansyah. Bocah berusia empat tahun ini malah sempat dikira sudah meninggal saat ditemukan di bawah reruntuhan bangunan. Aldi sempat terhimpit lama dalam posisi telungkup sebelum akhirnya ditemukan keluarga dalam kondisi kritis.

"Dari mulutnya ke luar darah dan busa," kata ayah korban, Sibut Purwanto yang ditemui Serambi di RSUZA.

Alkisah, sesaat setelah gempa terjadi dan meruntuhkan banyak bangunan, Aldi bersama kakaknya, Anggi Saputra, sedang di rumah. Sedangkan Sibut, ayah korban, bekerja di ladang. Getaran bumi yang kuat membuat lelaki 30 tahun itu bergegas pulang ke rumah. Sibut kaget luar biasa, karena ketika sampai di rumah ia dapati kampungya sudah porak-poranda. Rumah-rumah warga banyak yang roboh. Tersiar kabar ada yang meninggal dan luka-luka.

"Saya hanya terpikir anak dan istri waktu itu," ujarnya. Beruntung Sibut mendapat kabar bahwa Aldi, anak keduanya, sudah di rumah sakit.

Sebelum evakuasi ke rumah sakit korban sempat terjebak beberapa lama di bawah reruntuhan bangunan. Pihak keluarga yang melakukan pencarian tak berhasil menemukan korban. Tapi usaha itu akhirnya membuahkan hasil setelah bagian baju korban terlihat oleh salah satu anggota keluarga. Saat ditemukan, Aldi dalam posisi telungkup terhimpit reruntuhan. Beratnya bongkahan puing bangunan menenggelamkan tubuh bocah itu.

"Keluarga sudah pasrah waktu itu. Tidak ada lagi harapan," kata Sibut. Tapi keluarga korban berusaha keras menolong. Namun, sebuah keajaiban terjadi. Ternyata nadi korban masih bedetak. Harapan itu tidak disia-siakan. Segala upaya dilakukan, sampai membuat nafas buatan agar korban tetap bisa bertahan hidup.

"Alhamdulillah, mungkin Allah masih memberi umur bagi anak kami," kata Sibut. Sejak dirawat di RSUZA bersama korban lainnya, kondisi Aldi sudah mulai membaik. "Hanya saja hasil scan belum ada lagi. Masih ada rasa sakit di bagian punggung belakang," ujarnya.

Adli merupakan satu di antara anak korban gempa yang ikut dalam kloter evakuasi menggunakan ambulans udara, Rabu sore. Hingga kemarin proses evakuasi masih terus berlangsung.

Sekitar pukul 13.00 WIB kemarin RSUZA kembali menerima korban. Salah satunya Sofi Azzahra dari Kampung Baru, Takengon Barat, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah. Bocah lima tahun ini tiba di RSUZA dalam kondisi kritis. Ia mengalami benturan keras di kepala dan tubuh akibat tertimpa dinding rumah. Sewaktu gempa mengguncang, Sofi tengah bermain di halaman rumah dan sempat ingin menghindar dari reruntuhan bagunan. "Zahra mau lari, tapi jatuh," kata Lukman (42), ayah korban di ruang IGD RSUZA. (ansari hasyim)


Anda sedang membaca artikel tentang

Korban Bertahan Nafas Buatan

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/07/korban-bertahan-nafas-buatan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Korban Bertahan Nafas Buatan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Korban Bertahan Nafas Buatan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger