* Modusnya Mengarah ke Penjarahan
BANDA ACEH - Tindak kejahatan berupa pelemparan bus penumpang umum dengan batu marak terjadi di lintas Banda Aceh-Medan, terutama di kawasan perbatasan mulai dari Halban Besitang hingga Tanjung Pura, Binjai, dan Berandan, Sumatera Utara. Awak bus sangat diresahkan aksi yang bisa menimbulkan kecelakaan fatal tersebut.
Kasus pelemparan bus Aceh dari berbagai perusahaan itu dilaporkan sudah sering terjadi. Namun dalam beberapa hari terakhir kasusnya semakin parah. Kejadian ini bukan saja mengancam awak bus tetapi juga penumpang. Apalagi kalau target pelemparan itu adalah untuk mencelakakan angkutan sehingga pelakunya bisa dengan leluasa mempreteli harta benda milik penumpang.
Informasi diperoleh Serambi dari pengusaha angkutan menyebutkan, kejahatan yang dialami awak bus sudah bisa digolongkan kejahatan berat karena yang terancam bukan saja harta benda tetapi juga nyawa.
"Bayangkan saja, batu seukuran kepalan tangan orang dewasa dilemparkan ke arah bus yang sedang melaju di jalan umum. Ada yang menghantam bodi bus, kaca depan, samping, dan bagian-bagian lainnya. Patut diduga kejahatan ini dimaksudkan untuk memunculkan kecelakaan terhadap angkutan yang jadi sasaran serangan," ujar seorang pengusaha bus.
Sejumlah sopir dan kernet bus yang menjadi sasaran pelemparan mengatakan, kasus itu menimpa hampir semua bus dari berbagai perusahaan angkutan yang ada di Aceh. "Kami terus dihantui ketakutan dengan aksi itu. Yang terancam bukan saja awak bus maupun busnya sendiri, tetapi puluhan orang yang kami bawa dalam setiap perjalanan," kata Heri (43), sopir bus jurusan Banda Aceh-Medan.
Heri mengatakan, kekhawatiran terbesar mereka adalah jatuh korban dari penumpang. Misalnya, lemparan batu melukai penumpang bus atau yang paling fatalnya kalau sampai bus terbalik karena sopir kaget atau terkena lemparan. Kejahatan ini harus secepatnya dituntaskan oleh pihak berwajib," ujar Heri.
Heri juga mengatakan, pelemparan batu juga pernah dialami bus angkutan umum ketika melintas di kawasan Geudong, Aceh Utara. Pelemparan batu oleh orang-orang yang belum teridentifikasi itu dilakukan secara sembarang. Artinya, tidak ada target tertentu di bagian bus.
Kalau di Geudong, Aceh Utara, kata Heri, ada yang melempar dari bawah jembatan dan dari dalam semak. Sedangkan ketika memasuki perbatasan Aceh-Medan, seperti kawasan Halban Besitang, ada yang menggunakan ketapel. Ada pula pengendara sepeda motor yang datang dari arah depan langsung melempari batu ke arah kaca bus. "Makanya ada yang kena kaca bagian depan, samping bahkan bodi bus peyot," kata Heri.
Khusus di perusahaan bus tempat Heri bekerja, dari 12 unit bus di perusahaan itu, lima unit di antaranya telah menjadi korban pelemparan dengan kerusakan secara beragam di bagian kaca. "Rata-rata rentang waktu pelemparan biasanya terjadi dini hari mulai pukul 01.00 sampai 03.00 WIB. Pada rentang waktu itulah kami meningkatkan kewaspadaan agar tidak kaget saat ada lemparan yang bisa berakibat fatal," ujar Heri. "Kami pernah berusaha mengejar pelakunya. Tapi, karena gelap, mereka langsung menghilang," lanjut pungkas Heri.
Penjarahan
Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Gustav Leo yang dimintai tanggapannya terkait kasus pelemparan bus memperkirakan tujuan pelaku mengarah ke penjarahan harta benda milik penumpang.
Hal tersebut, kata Gustav mungkin bisa terjadi saat kaca bus pecah serta sopir panik hingga hilang kendali dan armadanya terbalik. "Setelah musibah, pelaku berpura-pura membantu. Di balik itu kemungkinan mereka berkesempatan untuk menjarah barang-barang milik penumpang. Kalau tidak menjarah, untuk apa juga melempar kaca bus bila tidak ada tujuan di balik tindakan tersebut," kata Gustav.
Pihak kepolisian, lanjut Gustav, hingga saat ini belum menerima laporan kejadian dari awak maupun pengusaha angkutan. Gustav menyarankan sopir atau kernet bus segera membuat laporan ke polisi terdekat begitu ada peristiwa pelemparan. "Dari laporan itu akan dipelajari jam-jam berapa saja pelemparan itu terjadi serta langkah apa yang harus ditempuh," demikian Gustav Leo.(mir)
Ketika Sopir dan
Kernet Bus Berhelm
MASA konflik dengan berbagai risiko di perjalanan memang sudah berakhir. Namun, bagi awak angkutan, baik bus penumpang umum maupun truk--bahkan bisa jadi kendaraan pribadi--belum benar-benar lepas dari ancaman ketika melintas di jalan raya. Kalau pada masa konflik ada ketakutan jadi korban pihak bertikai, kini pada masa aman, salah satu bentuk ancamannya adalah pelemparan batu. Wah.
Pengusaha bus angkutan umum melaporkan, sejak beberapa waktu terakhir terjadi kejahatan di Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, antara lain di kawasan perbatasan Sumut-Aceh maupun dalam kawasan Aceh sendiri, seperti di Geudong, Aceh Utara.
Kejahatan yang menimpa awak angkutan bersama armada dan penumpang yang dibawanya adalah pelemparan batu oleh orang-orang yang belum teridentifikasi. Banyak pihak meyakini, target pelaku adalah menimbulkan kecelakaan bus agar pelaku bisa 'membantu' menguras harta benda korban.
Menyikapi fenomena itu, awak bus meningkatkan kewaspadaan dan keamanan armada termasuk penumpang yang mereka bawa. Salah satu bentuk pengamanan yang dilakukan oleh sopir dan kernet truk adalah mengenakan helm transparan pada kawasan-kawasan yang dianggap rawan.
Seorang sopir mengatakan, dengan mengenakan helm bisa melindungi bagian wajah dan kepala dari pecahan kaca jika lemparan datang dari arah depan. "Beberapa teman kami, seperti Faisal dan sopirnya mulai mensiagakan helm di dalam bus mereka. Semua itu dilakukan untuk jaga-jaga," ujar seorang sopir. Apakah kondisi seperti ini akan dibiarkan saja tanpa ada penanganan dan proteksi dari pihak terkait? Kita lihat saja.(mir)
titik rawan
Sumut: * Halban Besitang * Tanjung Pura * Binjai * Brandan
Aceh: * Geudong, Aceh Utara
Anda sedang membaca artikel tentang
Bus Aceh Dilempari
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/03/bus-aceh-dilempari.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Bus Aceh Dilempari
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar