Selasa, 8 Januari 2013 13:53 WIB
BIREUEN – Penelusuran yang dilakukan Pengurus Kongres Advokasi Indonesia (KAI) Aceh mengindikasikan, ada empat anak perempuan korban penculikan asal Aceh yang kini ditahan di Penjara Kajang Malaysia, karena tertangkap membawa dadah (narkoba). Padahal, mereka adalah korban culik yang diperalat para pelaku penculikan untuk menyelundupkan dadah ke Malaysia.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua KAI Aceh, M Ali SH kepada Serambi, Senin (7/1) kemarin di Bireuen, setelah pihaknya mengumpulkan informasi dari berbagai pihak terkait kasus penculikan anak-anak Aceh, termasuk dari jajaran Polres Bireuen.
Kabar tentang ada beberapa perempuan muda asal Aceh di Penjara Kajang awalnya diungkapkan oleh Nuraini (16), salah seorang korban yang berhasil lolos dari penculikan dan penyekapan, kemudian dideportasi ke Indonesia. Pada medio Desember lalu remaja asal Juli, Bireuen, ini sudah kembali ke rumah orang tuanya setelah 22 bulan diculik.
Nuraini kepada Serambi beberapa waktu lalu mengatakan, tiga anak SD asal Aceh Utara (dua dari Pantonlabu dan satu dari Lhoksukon) yang diamankan di Penjara Kajang itu mengaku kepadanya sebagai korban culik. Mereka disuruh membawa tas milik pelaku, ternyata saat diperiksa petugas imigrasi ada dadah di dalam tas itu, sehingga mereka ditangkap.
"Saya tidak sempat bicara lama dengan mereka, karena tempat kami ditahan terpisah. Tapi mereka memang sempat bilang ada dadah di dalam tas, sehingga ditahan," kata Nuraini kepada Serambi beberapa waktu lalu.
Ali SH mengatakan, baru-baru ini KAI menjumpai Polres Bireuen untuk mendapatkan berbagai informasi terkait kasus penculikan anak, kemudian melakukan penelusuran. Dari penelusuran itulah didapat indikasi bahwa anak Aceh di Penjara Kajang saat ini bukan tiga, melainkan empat orang. Tapi baru tiga yang teridentifikasi sebagai anak Aceh Utara, satu lagi belum jelas dari kabupaten mana di Aceh.
Dalam waktu dekat, kata Ali, KAI akan menjumpai Nuraini untuk mendapatkan keterangan lebih rinci. "Informasi yang kami peroleh dari sejumlah sumber, para korban culik umumnya di bawah umur. Mereka diseberangkan ke Malaysia dan dimanfaatkan untuk membawa dadah ke sana," katanya.
KAI berharap Pemkab Bireuen, Pemkab Aceh Utara, dan Pemerintah Aceh melakukan berbagai upaya agar korban culik yang merupakan remaja putri Aceh tidak digantung di Malaysia.
Ia pertegas bahwa korban penculikan itu, selain dimanfaatkan untuk membawa dadah ke Malaysia, mereka juga dijual sebagai pembantu rumah tangga. "Gara-gara kedapatan membawa dadah, mereka ditangkap dan akan menjalani hukuman berat di sana," kata Ali.
KAI Aceh, menurutnya, akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk membantu korban penculikan itu. "Soal trafficking (perdagangan manusia -red) menjadi masalah tersendiri bagi aparat penegak hukum di negeri ini," katanya.
Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono SIK kepada Serambi mengatakan, tim Polres Bireuen sedang mengembangkan berbagai informasi dan mencari pelaku penculikan yang belum tertangkap. "Polres Bireuen melakukan koordinasi dengan polres lainnya mengusut kasus ini dan mencari pelaku yang awalnya kasus penculikan ini lalu menjelma menjadi trafficking," katanya. (yus)
Anda sedang membaca artikel tentang
KAI Telusuri Korban Penculikan
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/01/kai-telusuri-korban-penculikan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
KAI Telusuri Korban Penculikan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
KAI Telusuri Korban Penculikan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar