Sabtu, 26 Januari 2013 15:24 WIB
* Tak Berani Tidur di Rumah
* Sekolah Terhenti
SIGLI - Trauma gempa darat berkekuatan 6 skala Richter (SR) yang mengguncang kawasan Geumpang dan Mane, Kabupaten Pidie, Selasa (22/1) subuh masih menghantui masyarakat setempat. Apalagi hingga hari ke-4 pascagempa tersebut masih saja terjadi gempa-gempa susulan sehingga masyarakat belum berani tidur di rumah.
Hingga Jumat kemarin, korban gempa masih bertahan di tenda pengungsian di SD Simpang Turui Mane, Masjid Mane, dan Kantor Camat Mane. "Kalau siang warga tidak ada di tenda karena mereka pulang ke rumah dan bekerja sebagai petani. Saat malam tiba masyarakat pulang ke tenda untuk tidur bersama keluarga," kata Sekcam Mane, T Razali, menjawab Serambi, Jumat (25/1).
Menurut Razali, korban gempa di Kecamatan Mane yang rumahnya hancur sekitar 86 unit. Mereka telah diberikan tenda keluarga ukuran 3x3 meter bantuan Dinas Sosial Aceh dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie. "Tenda dipasang di rumah masing-masing," kata Razali.
Menurut Razali, pada Jumat kemarin stok logistik (sembako) di gudang untuk korban gempa di Kecamatan Mane mulai menipis. Kebutuhan mendesak lainnya meliputi selimut dan perlengkapan dapur. "Selimut sangat diperlukan bagi warga di tenda pengungsian. Apalagi sekarang sedang musim hujan. Tanpa selimut, warga juga rentan terserang penyakit akibat nyamuk, terutama malaria," ujar Razali.
Kepala BPBD Pidie, Apriadi SSos mengatakan, saat ini pengungsi di Mane mencapai 55 kepala keluarga (KK) atau 162 jiwa. Mereka tersebar di tiga titik pengunsian dan selebihnya tinggal di tenda rumah masing-masing. Sedangkan
di Kecamatan Geumpang, yang mengungsi berjumlah 26 KK atau 132 jiwa. Pengungsi di Geumpang semuanya tinggal di tenda yang dipasang di rumah mereka.
Apriadi mengatakan, pemasangan tenda keluarga merupakan langkah awal untuk warga yang rumahnya rusak berat. "Kami mohon Gubernur Aceh melalui BPBA membantu huntara konstruksi kayu untuk korban yang rumahnya rumah berat," katanya.
Sekolah terhenti
Hingga, Jumat (25/1), proses belajar mengajar di SMP 3 Alue Landong, Kecamatan Mane, Pidie, masih terhenti karena ruang belajar masih dalam kondisi rusak. "Lima Ruang Kegiatan Belajar SMP 3 Aluen Landong semuanya rusak berat. Kami perlu tenda untuk proses belajar mengajar, khususnya bagi siswa kelas VI yang telah mendekati UN," kata Kepala SMP 3 Alue Landong, Razali didampingi Wakil Kepala, Bakhtiar kepada Serambi, kemarin.
Di SMP 1 Mane, seperti pengakuan seorang guru, Hadisah SPd, proses belajar mengajar sudah aktif pada hari kedua pascagempa. "Saat ini siswa belajar di tenda bantuan TNI yang dipasang di halaman sekolah. Tidak semua siswa hadir karena sebagian mereka masih trauma," kata Hadisah.
Siswa SMP 1 Mane 160 orang dengan 16 tenaga pengajar. Sekolah ini memiliki enam ruang belajar, satu ruang TU bergabung dengan kepala sekolah, satu aula, satu ruang lab IPA, satu ruang pustaka, dan beberapa ruang lainnya. "Totalnya 13 ruangan. Kami berharap pemerintah cepat membangun sekolah yang baru," kata Hadisah.
Amatan Serambi dan keterangan dari sejumlah sumber, penyebab amruknya bangunan sekolah di Mane karena konstruksi bangunan diduga tak sesuai spek teknis. Misalnya, besi yang digunakan untuk tulang beton tidak sesuai atau kecil-kecil, bahkan ada yang tidak menggunakan besi. "Ke depan kita minta adanya pengawasan yang ketat agar rekanan tidak bekerja asal-asalan," kata Anggota DPR-RI asal Aceh, Nasir Djamil saat meninjau korban gempa di Mane dan Geumpang, Jumat (25/1).(naz/c43)
Anda sedang membaca artikel tentang
Gempa Susulan Cemaskan Warga Geumpang dan Mane
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/01/gempa-susulan-cemaskan-warga-geumpang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Gempa Susulan Cemaskan Warga Geumpang dan Mane
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Gempa Susulan Cemaskan Warga Geumpang dan Mane
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar