Pesona Pasar Malam Bukit Peringgi

Written By Unknown on Sabtu, 26 Januari 2013 | 16.24

KALAU singgah di Pasar Malam Bukit Peringgi, Pulau Pinang, pada Sabtu malam, bisa jadi Anda bergumam wow. Sebab, kawasan pariwisata pasar malam terkenal di Penang ini, dipadati wisatawan lokal dan domestik. Mobil dan sepeda motor hilir mudik memadati jalan, mengisi malam. Jajan, belanja oleh-oleh, dan jalan-jalan.

Tapi pada malam-malam biasa, seperti saat ketibaan kami, Senin (21/1) malam lalu, lalu lintasnya tidak sepi, tak juga ramai. "Nyan katrok u Saree (Nah, sudah tiba di Saree -red)," kelakar salah seorang peserta Program Lawatan Suaikenal (Fam Trip) Tourism Malaysia-Firefly (21-23/1). Barangkali, yang dia maksudkan adalah keramaian dan barisan kedai yang mirip kawasan Saree, Lembah Seulawah, Aceh Besar.

Perbandingan itu memang tidak tepat, karena kawasan Pasar Malam Bukit Peringgi lebih luas dan tidak mendaki. Tampak lampu-lampu hotel yang semarak, becak dayung berhias kembang plastik plus lampu warna-warni yang bersinar tajam (tarif becak 10-15 RM), dan lalu lalangnya para keluarga dengan anak-anak mereka, pria wanita yang rata-rata bule, serta pasangan-pasangan asal Arab yang satu dua perempuannya mengenakan cadar. Ada juga turunan India berkulit putih.  

Menyaksikan itu semua, sangat terasa aroma wisatanya. Menyatu menjadi sebuah landscape yang "memanjakan" mata tertentu.  Sepanjang jalan satu kilometer berjajar kios 2x3 meter yang memajang berbagai produk. Mulai dari pakaian, sandal, sepatu, hiasan ruang tamu, lukisan, aksesori, jam tangan, sampai pernak-pernik kecil buatan tangan dan mesin, siap memancing selera belanja.

Menariknya, tidak memasang harga mal pula, malah berlaku sistem tawar-menawar. Bisa jadi setengah harga, bahkan di bawah setengah harga. "Pandai-pandainya pembelilah. Tak perlu malu menawar. Di Bukit Peringgi ini memang sudah begitu kalau belanja, murahlah," kata guide tour rombongan kami, Md Rosli bin Saaid.

Harga-harga di Pasar Malam Bukit Peringgi dimulai dari 10 RM untuk barang pernak-pernik, hingga ratusan ringgit, seperti harga sebuah lukisan atau produk-produk ukiran kayu, tas-tas wanita bermerek (tapi bukan original, hanya Kw 1).

Amatan Serambi, hampir satu jam, yang dipilih wisatawan Barat dan Arab, kebanyakan pernak-pernik etnik. Mungkin karena itu tidak ditemukan di negara mereka. Tak sedikit di antara mereka juga singgah ke counter  barang dagangan Cina dan India. Terdengarlah taransaksi dalam bahasa Inggris nan cas cis cus.  Namun, yang wisatawan Indonesia, janganlah bimbang soal bahasa. Melayu ada Inggris pun oke. Menurut Rosli, wisatawan dari Eropa dan Arablah yang paling banyak datang ke Bukit Peringgi. Selebihnya dari Singapura dan negara Asia lainnya.

Ada taste pariwisata di Pasar Malam Bukit Peringgi, kawasan tepi pantai Penang itu. Pedagang kaki limanya proaktif menjemput bola dan tak cemberut kalau tak jadi beli. Itu agaknya yang membuat pembelanja nyaman.  "Di sini memang murah dan enak belanjanya, Bu. Ini kan pasar tradisional," kata salah seorang wisatawan asal Aceh, Desi.

Kehadiran pedagang kaki lima dan hotel berbitang lima, misalnya, Seri Sayang Hotel dan Hard Rock Hotel, adalah warna malam Bukit Peringgi. Sepertinya Pemerintah Malaysia sengaja tidak menyandingkan mal dengan hotel bintang lima, tetapi tetap mengadopsi  nilai tradisi, dengan deru angin laut yang tak jauh di belakang pasar. "Para pelancong, saya kira, lebih suka datang ke Penang daripada Malaysia, karena Penang lebih alami. Ya, lihat saja Pasar Malam Bukit Peringgi yang hanya dibuka malam hari. Pasar malam seperti ini hanya ada di Bukit Peringgi. Kawasan pantai lain di Penang, tidak ada," kata Rosli yang nyaris lancar bahasa dan logat Indonesianya.

Manakala pukul 24.00, Pasar Malam Bukit Peringgi pun ditutup. Kalau wisatawan lokal kemungkinan langsung pulang ke rumah masing-masing, ya? Apalagi dari Penang Road (masih termasuk kawasan Kota Penang), Pasar Malam Bukit Peringgi ini jaraknya kurang dari 30 menit perjalanan pada kondisi lalu lintas lancar. Tapi ke mana wisatawan asing melanjutkan separuh malam lagi? "Ada yang balek ke hotel, ada yang ke pinggir laut sampai pagi, atau sekadar lewat lalu kembali," ungkap Roslan. Iya ya, Penang kan kota pelancongan internasional.  Tak heran Pasar Malam Bukit Peringgi ini telah masuk dalam Shopping Packages Penang. Nah, kalaupun bukan pasar malam, tapi apa mungkin ya, kita bangun pasar sore di pantai Sabang atau pantai Ulee Lheue, Banda Aceh, misalnya? (nani hs)


Anda sedang membaca artikel tentang

Pesona Pasar Malam Bukit Peringgi

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/01/pesona-pasar-malam-bukit-peringgi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pesona Pasar Malam Bukit Peringgi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pesona Pasar Malam Bukit Peringgi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger