* Mengisahkan Perang Aceh 1873-1978
Kepada Anandaku, Karim.
"Dalam ingatan saya, sekitar 500 ribu laki-laki gagah berani, perempuan dan anak-anak Aceh, dan satu setengah dari jumlah keseluruhan penduduk meninggal dalam perang Aceh untuk mengusung kemerdekaan yang dimulai sejak 1873 sampai 1942, dikutip berdasarkan kisah nyata oleh penulis dan pemain dalam drama ini."
Sepenggal kalimat itu ditulis alm Dr Tgk Muhammad Hasan Di Tiro dalam naskah drama berjudul "The Drama of Achehnes History". Untuk pertama sekali karya sastra Hasan Tiro ini dimunculkan ke publik dalam terjemahan bahasa Indonesia. Beberapa waktu mendatang naskah drama yang mengisahkan perang Aceh melawan penjajah sejak tahun 1873 ini rencananya segera dirilis dalam sebuah pertunjukan. Aslinya, naskah ini ditulis dalam bahasa Inggris. Namun, kini sudah dapat dinikmati publik setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zahraini ZA, seorang Magister Administrasi Pendidikan.
"Dalam beberapa waktu mendatang insya Allah, drama ini sudah bisa dipentaskan," kata aktivis Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT), Thayeb Loh Angen, pada Seminar Kebudayaan bertajuk "Hasan Di Tiro Seorang Sastrawan" di ACC Sultan II Selim, Banda Aceh, Selasa (3/6). Seminar ini diselenggarakan sekaligus untuk memperingati meninggalnya Hasan Tiro di Banda Aceh pada 3 Juni 2010. Seperti diketahui, alm Dr Tgk Muhammad Hasan Di Tiro merupakan deklarator Aceh Merdeka. Ia mendiirikan GAM di Gunung Halimon, Pidie, pada 4 Desember 1976.
Dalam perjalanan waktu, Hasan Tiro mengobarkan semangat perang ke luar-masuk hutan hingga ia dikejar-kejar Pemerintah Indonesia atas tudukan memerdekan Aceh dari Indonesia. Sampai akhirnya, setelah mendeklarasikan GAM, Hasan Tiro mengasingkan diri, ke luar negeri sampai akhirnya menetap di Stockholm Swedia. Setelah 30 tahun lamanya mengobarkan semangat ideologi GAM di luar negeri, Hasan Tiro pulang ke Aceh pada 11 Oktober 2008 dan meninggal pada 3 Juni 2010 dalam usia 84 tahun.
Dalam sejarah perjuangannya, sosok Hasan Tiro kerap dikaitkan dengan politik. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa tenyata almarhum selama masa hidupnya juga kerap bergelut dengan dunia sastra. Naskah drama berjudul "The Drama of Achehness History" menjadi sebuah bukti autentik yang menisbahkan Hasan Tiro sebagai seorang sastrawan andal. Copian naskan drama ini masih tersimpan di sebuah perpustakaan di Eropa, bersamaan dengan berbagai surat politik yang ada di dalamnya.
Sebagaimana tertera pada awal bab dari satu adegan ke adegan lain yang semuanya dikisahkan dalam delapan babak, naskah drama ini juga didedikasikan kepada anak semata wayangnya, Karim di Tiro yang kini menetap di New York, Amerika Serikat.
Sejarawan FKIP Unsyiah, Dr Husaini Ibrahim menilai Hasan Tiro merupakan sosok pemikir yang brilian. Semasa dalam perjuangan ia pernah memimpin memberikan kuliah di universitas tertutup (UT) di Gunung Halimun, Kabupaten Pidie pada 1976. Kuliah itu dihadiri mahasiswa perdana, kemudian berlanjut dengan mendirikan "University of Aceh" di Pidie yang kuliah perdana dimulai pada 20 September 1977.
Banyak mahasiswanya kemudian berhasil diwisuda. Ada beberapa alumni telah almarhum, ada pula yang "disekolahkan" pada masa Orde Baru, dan beberapa di antaranya telah menjadi "orang" dan memegang peranan penting di Aceh dan di luar negeri. Husaini mengatakan Untuk membuka "kotak hitam" sejarah Aceh, maka sangat identik dengan membaca pikiran Hasan Tiro dalam sejumlah karya tulisnya.
"Hasan Tiro sangat menekankan pada aspek pendidikan. Maka ke depan perlu ada satu pemikiran untuk mendirikan lembaga pendidikan semacam Institute Hasan Tiro," ujarnya.
Haekal Afifa, Penerjemah Buku "Atjeh bak Mata Donja" (Aceh di Mata Dunia) yang ditulis Hasan Tiro menyebutkan bahasa yang digunakan Hasan Tiro dalam karyanya sarat dengan makna perjuangan dan membangun semangat heroisme rakyat Aceh ketika itu.
"Dalam setiap tindakan dan karyanya, Hasan Tiro punya konsep etnosionalisme yang kemudian digagas dalam pergerakan Aceh Merdeka," ujarnya.
Tindakan Hasan Tiro ini juga tercermin dalam karya sastra "The Drama of Achehness History" (Sebuah Drama Sejarah Aceh 1873-1978). Dalam bab pendahuluan naskah drama itu, mantan Menteri Pendidikan Negara Aceh Sumatera Dr Husaini M Hasan MD menyebutkan Hasan Tiro menulis naskah drama tersebut sejak Juli 1978 dengan memanfaatkan waktu senggangnya di antara peperangan dan ketika beristirahat di sepanjang perjalanan pemeriksaaan ke berbagai bagian negara (wilayah Aceh) yang biasa dilakukan dengan berjalan kaki.
Hasan Tiro mengetik naskah itu sepanjang hari dari pukul 07.00 pagi sampai 18.00 WIB sore. "Kadang-kadang ketika Teungku mengetik, seorang pengawal dari balai penjagaan mesti mendatanganinya untuk menyuruh Tengku berhenti mengetik karena penjaga melihat pasukan musuh yang lewat dekat mereka," tulis Husaini. Selain menulis naskah drama, Hasan Tiro di masa hidupnya juga melahirkan beberapa karya lainnya, yaitu Demokrasi untuk Indonesia (1958), Masa Depan Dunia Melayu (1968), Atjeh bak Mata Donja (1968), dan The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tengku Hasan di Tiro (1979), yang telah beberapa kali dicetak ulang. (sar)
Anda sedang membaca artikel tentang
Naskah Drama Hasan Tiro Diangkat ke Publik
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/06/naskah-drama-hasan-tiro-diangkat-ke.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Naskah Drama Hasan Tiro Diangkat ke Publik
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Naskah Drama Hasan Tiro Diangkat ke Publik
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar