Jukir Korban Pembakaran Oknum TNI Masih Koma

Written By Unknown on Minggu, 29 Juni 2014 | 16.24

JAKARTA - Tgk Yusri (47), juru parkir (jukir) di kawasan Monas Jakarta, asal Aceh, yang menjadi korban pembakaran oleh oknum TNI, masih kritis dan  belum sadarkan diri. Korban saat ini dipindah-rawatkan ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang sebelumnya di RS Tarakan.

"Kondisi Tgk Yusri masih kritis setelah menjalani operasi pertama. Rencana akan dilakukan operasi lanjutan," kata aktivis Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Feri Kusuma, di Jakarta, Jumat (27/6).

Sehari sebelumnya, anggota DPD terpilih asal Aceh, Rafly Kande menyempatkan membezuk korban. "Kita sangat menyesalkan peristiwa kekerasan yang menimpa Tgk Yusri. Ini adalah kekerasan di luar perikemanusiaan. Pelaku harus dihukum setimpal," tandas Rafly.

Kontras dan elemen masyarakat Aceh Jakarta membentuk jaringan koalisi untuk membantu penyelesaian kasus pembakaran Tgk Yusri. "Kami ingin memastikan kasus pembakaran tersebut ditangani dengan benar. Jangan sampai ada usaha-usaha untuk melindungi pelaku," kata Bukhari, dari Aliansi Masyrakat Sipil Aceh Jakarta.

Tgk Yusri yang sehari-hari menjadi juru arkir di kawasan Monas, pada 24 Juni 2014 diduga dibakar oleh oknum TNI berinisial Pratu H, dengan cara  menyiramkan bensin ke tubuh korban dan menyulutnya dengan api. Tindakan brutal tersebut, konon akibat jatah 'reman' yang kurang dari Tgk Yusri. Pelaku minta jatah Rp 150.000 tapi yang disanggupi hanya Rp 50.000. Pelaku tidak terima lalu dengan bengis menyulut api ke tubuh korban setelah terlebih dahulu disiram bensin oleh pelaku.

"Pelaku adalah aparat negara. Ini momentum agar digunakan untuk membersihkan institusi TNI dari oknum-oknum brutal seperti iti," kata Bukhari.

Tgk Yusri menjadi juru parkir di kawasan Monas dan Gambir sejak delapan bulan silam. Korban tiba di Jakarta untuk mencari kerja dan meninggalkan anak istri di Banda Aceh. Tgk Yusri lahir di Mon Geudong, Aceh Utara dan kemudian menikah dan menetap di Banda Aceh.

Aliansi Masyarakat Sipil Aceh mengingatkan Panglima TNI agar tidak melindungi pelaku. "Pelaku harus diadili dalam pengadilan terbuka dan bisa diakses dengan mudah oleh publik. Kita juga minta agar tidak ada lagi tindakan main hakim sendiri dari oknum-oknum TNI. Lembaga-lembaga seperti Komnas HAM dan lembag perlindungan saksi ikut serta mengawasi penangann kasus tersebut," kata Krisbintoro dari Kontras. Institusi TNI juga diminta menanggulangi seluruh biaya pengobatan korban yang mencapai Rp 60 juta lebih.

Tindakan oknum TNI yang membakar juru parkir asal Aceh di kawasan Monas juga dikutuk oleh aktivis LSM di Aceh. "Sikap yang ditunjukkan oknum TNI tersebut tidak bisa ditolerir, kita mengutuk keras aksi biadab ini," tegas Haekal Afifa, aktivis Kebudayaan di Institut Peradaban Aceh melalui rilisnya yang diterima Serambi, Sabtu (28/6).

Menurut Haekal, oknum TNI itu harus ditangkap dan dihukum setimpal. Mereka juga meminta Pemerintah Aceh dan Paguyuban Aceh di Jakarta untuk prihatin atas kejadian ini. "Tindakan brutal aparat negara itu tak bisa dibiarkan," ujar Haekal yang juga Sekjen Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Aceh.

Menurut penelusuran Serambi, sedikitnya ada 32 warga asal Aceh yang menjadi juru parkir di kawasan Monas dan Gambir, Jakarta Pusat. Yang paling senior bernama Sabri Ilyas. Ia menjadi juru parkir di sana sejak  2002. "Ada 32 orang Aceh di sini. Kami bertarung nasib untuk mendapatkan penghasilan yang layak," kata Sabri.

Penghasilan mereka lumayan. Sehari rata-rata Rp 100.000 bisa dibawa pulang. Tapi menjadi juru parkir tentu tidak gratis. Mereka harus menyetor kepada oknum aparat keamanan yang datang rutin ke tempat itu. "Sehari kami menyetor sampai Rp 150.000 per orang kepada oknum aparat," kata Sabri.

Sebelum menjalani profesi sebagai juru parkir ilegal di tempat itu, Sabri Ilyas adalah penjual celana jins, tapi bangkrut. Ia lalu beralih menyediakan sewa tikar kepada pengunjung Monas. Namun tak bertahan lama, karena pengunjung Monas sempat sepi lantaran iinsiden perkelahian aparat keamanan. Sabri lalu mengatur parkir dan menjaga sepeda motor yang diparkir di sana. "Akhirnya sampai sekarang saya jadi tukang parkir," kata Sabri yang memboyong istri dan seorang putrinya ke Jakarta.

Jejak Sabri sebagai juru parkir wilayah Monas diikuti anak-anak Aceh lainnya, seperti M Zubir, mahasiswa semester akhir sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. "Saya melakukan ini untuk menyambung hidup," kata Zubir saat ditemui di Kantor Kontras Jakarta.

Baik Sabri maupun Zubir menyadari menjadi juru parkir ilegal penuh risiko. Zubir mengatakan, kalau ada kesempatan, dirinya ingin menjadi juru parkir resmi. "Salah satu risikonya ya seperti ini, seperti yang dialami rekan kami Tgk Yusri," kata Sabri.

Selain anak-anak Aceh, wilayah parkir Monas dan Gambir juga 'diurus' oleh juru parkir dari Ambon, Padang, dan lain-lain. Anak-anak Aceh beroperasi di wilayah Pintu Timur Monas dan Pintu Taman Istana. Sedangan Pintu Taman Barat dijaga anak-anak Ambon dan Padang. "Tapi sebagai penjaga parkir pertama ya kita dari Aceh," tambah Sabri sambil tertawa.(fik/avi)


Anda sedang membaca artikel tentang

Jukir Korban Pembakaran Oknum TNI Masih Koma

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/06/jukir-korban-pembakaran-oknum-tni-masih.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Jukir Korban Pembakaran Oknum TNI Masih Koma

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Jukir Korban Pembakaran Oknum TNI Masih Koma

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger