MUHAMMAD ASRIL, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, peserta program JENESYS 2.0, melaporkan dari Tokyo
SEBAGAI peserta Japan-East Asian Network of Exchange for Student and Youth di Jepang, bersama beberapa teman saya sempatkan berkunjung ke Okayama, Jepang dua hari lalu. Tujuan kami ke sini adalah untuk mengintip sejarah samurai pada zaman Edo yang berjaya sekitar 800 tahun silam.
Sesampai di Okayama kami dapati sebuah bangunan kayu yang tersusun rapi, terdiri atas beberapa bilik yang disekat menjadi beberapa bagian. Desa ini berada agak di pedalaman, suasananya sunyi, dekat dengan Sungai Yoshii yang airnya mengalir dari Pegunungan Chugoku yang kaya akan pasir besi. Di kawasan inilah, tepatnya di Desa Bizen Osafune, senjata perang para samurai dulunya dibuat.
Desa ini sangat terkenal sebagai desa yang banyak memproduksi pedang Jepang yang dinamakan katana. Pasir besi yang terdapat di Sungai Yoshii merupakan bahan dasar untuk membuat katana. Nama katana kemudian diabadikan pihak Suzuki sebagai nama salah satu jenis mobil yang mereka produksi dan beredar sampai ke Aceh.
Desa Bizen Osafune yang kami kunjungi ini memiliki banyak tukang pembuat pedang yang mampu membuat banyak pedang dengan kualitas jauh lebih bagus dibandingkan di daerah lain.
Seorang ahli pembuat katana disebut toushou. Mereka bekerja membuat bilah pedang di dalam bilik-bilik kayu yang telah disekat-sekat. Bangunan itulah yang pertama kali kami lihat ketika sampai di Okayama. Selain tukang yang sedang menempa pedang, terdapat juga sejumlah pekerja yang aktivitasnya terkait dengan pembuatan pedang di bilik berikutnya. Di antaranya nurishi (tukang cat pedang), shiroganeshi (tukang buat perak), toushin choukoku (tukang ukir bilah pedang), togi (tukang asah pedang), dan sayashi (tukang buat sarung pedang).
Untuk membuat sebuah pedang katana dibutuhkan waktu hingga satu tahun beberapa bulan. Harga sebuah katana pun terbilang sangat mahal, ada yang mencapai Rp 1,5 miliar.
Pada zaman Edo, para kaisar memperoleh pedang dari Bizen Osafune yang disebut juga sebagai "Desa Pedang". Pedang-pedang ini diberikan kepada samurai yang akan berperang melawan musuh.
Seorang samurai punya tiga pedang. Pedang pertama adalah katana yang panjangnya 70-80 centimeter (cm). Ini digunakan pada perang terbuka dan diutamakan memakainya memegang dengan dua tangan.
Pedang kedua panjangnya 60 cm, disebut wakizashi. Pedang ini dipakai sebagai senjata sampingan yang digunakan untuk menikam musuh dalam pertempuran jarak dekat.
Pedang ketiga ialah seppuku. Inilah senjata yang biasanya digunakan dalam ritual bunuh diri, harakiri. Pada zaman Edo, seorang samurai yang kalah dalam peperangan akan bunuh diri. Ia menganggap, jika ia kalah, maka kehormatan dirinya hilang. Bagi mereka, jika kehormatan tak ada lagi, maka mati merupakan cara terbaik dan kesatria.
Di desa ini juga terdapat sebuah museum pedang, yaitu Japanese Sword Museum. Di museum ini terdapat banyak pedang yang telah digunakan para samurai di zaman Edo, 800 tahun lalu. Bila Anda berkunjung ke Jepang, sempatkanlah datang ke museum pedang khas Jepang ini. Banyak hal tentang heroisme para samurai Jepang maupun aneka pedang yang biasa mereka gunakan semasa hidupnya akan terungkap di museum ini. [email penulis: asril.nankai@gmail.com]
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com
Anda sedang membaca artikel tentang
Mengurai Sejarah Katana Para Samurai
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/05/mengurai-sejarah-katana-para-samurai.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Mengurai Sejarah Katana Para Samurai
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Mengurai Sejarah Katana Para Samurai
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar