Shalat Jumat Bersama Sultan Hasanal Bolkiah

Written By Unknown on Sabtu, 12 April 2014 | 16.25

M HASBI AMIRUDDIN, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melaporkan dari Brunei Darussalam

JUMAT lalu saya berada di Brunei Darussalam dalam rangka penelitian. Pada jam 12 kami ke luar menuju Masjid Jami' Sultan Hasanal Bolkiah untuk menunaikan shalat Jumat bersama Ustaz Ismuhadi, penceramah tetap di Istana Sultan.

Ketika kami berada di jalan utama melintas rombongan sultan yang kebetulan ingin melaksanakan shalat Jumat. Kami mengikuti dari belakang rombongan. Rupanya sultan melaksanakan shalat Jumat di masjid desa pelosok. Mungkin juga sekaligus ingin melihat keadaan rakyatnya di desa-desa.

Masjid yang dipilih kali ini oleh sultan adalah masjid yang terletak di Kampong Junjungan. Masjid ini berada jauh dari kota. Masjidnya juga kecil saja yang muat jamaah sekitar seratusan orang saja. Bangunan masjid juga masih tradisional, berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu. Hanya tiang bawah dan tangga saja yang dibuat dari semen.

Pelaksanaan shalat Jumat juga mengikuti tradisi mazhab Imam Syafi'i, seperti mazhab yang dianut resmi oleh kerajaan. Tetapi pintu mimbarnya tidak dari depan. Pintu mimbarnya, seperti juga dua buah masjid sultan di Kota Bandar Sri Bengawan, dibuka dari samping.

Setelah shalat Jumat sultan juga melaksanakan shalat sunat dua rakaat. Begitu selesai sultan melaksanakan shalat sunat, semua jamaah berdiri berbaris memberi jalan untuk sultan untuk ke luar dari masjid. Semua jamaah disalami oleh sultan, sebagian jamaah memang mencium tangan sultan.

Sebagian jamaah yang tak sempat bersalaman di dalam masjid, menunggu di luar masjid. Semua jamaah disalami. Malah jamaah yang di belakang didatangi sendiri oleh sultan untuk disalami.

Kedatangan sultan ke masjid yang sudah termasuk desa pinggiran itu, tidak didampingi oleh pengawal, hanya foreder saja sebagai penunjuk jalan. Sultan juga datang ke masjid bersama anak-anaknya yang laki-laki. Satu di antaranya telah dijadikan putra mahkota. Yang terkecil masih duduk di kelas tiga sekolah dasar, tetapi sudah mulai dibawa ke masjid untuk shalat Jumat.

 Mensyukuri nakmat
Sejak abad ke-16 Islam telah berakar kuat di Brunei. Sejalan dengan itu terus dibangun institusi-institusi agama, termasuk masjid. Setelah merdeka penuh dari Inggris pada 1 Januari 1984, Brunei terus bersungguh-sungguh membangun negara sekaligus menggiatkan penyebaran Islam, termasuk menyesuaikan aturan-aturan negara dengan syariat Islam.

Sultan sangat ingin di Brunei diterapkan syariat Islam. Sultan pernah menyampaikan hal ini kepada ulama sekaligus kepada rakyatnya. "Kapan lagi kalau tidak sekarang semasa ada saya. Saya sebagai pemimpin yang sudah dianugerahkan kekuasaan oleh Allah merasa bertanggung jawab kepada Allah. Apa yang harus saya jawab kalau Allah bertanya kepada saya nanti kenapa kamu tidak menjalankan hukum Allah dalam kepemimpinanmu?"

Untuk meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat, didirikanlah sejumlah pusat kajian Islam, termasuk lembaga keuangan Islam, sekaligus membangun ekonomi demi kesejahteraan rakyat. Kepada anak-anak yang berumur sekolah selain gratis biaya pendidikan dari TK sampai ke perguruan tinggi, kepada mereka juga diwajibkan belajar mengaji atau sekolah agama sore selama tiga tahun. Kecuali bagi pelajar yang dari semula sudah masuk sekolah agama.

Kepada setiap calon pegawai disyaratkan ada ijazah dari sekolah agama atau tanda tamat dari lembaga pengajian.

Sebagaimana disaksikan oleh dunia, Brunei Darussalam sekarang memang telah menjadi negara sejahtera. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Brunei lalu dikelola dengan baik oleh sultan, maka jadilah negara ini negeri sejahtera. Termasuk negara yang nol persen utangnya. Di negeri ini selain seluruh biaya pendidikan rakyat gratis, pelayanan kesehatan juga diberikan secara cuma-cuma. Orang cacat dan anak yatim sepenuhnya ditanggung oleh negara.

Rakyat menganggap kesejahteraan yang terwujud di Brunei berkolerasi dengan moto Brunei yang dibuat sultan, "Senantiasa berbuat kebajikan dengan petunjuk Allah." Begitulah, tiap ada kesempatan berbicara dengan rakyatnya sultan selalu mengajak, "Mari kita bersyukur atas kesejahteraan yang diberikan Allah. Saya juga bersyukur mempunyai rakyat yang bersatu padu dan bertanggung jawab."

Dalam pemahaman rakyat Brunei, bersyukur berarti memanfaatkan karunia Ilahi yang ada untuk tujuan kebaikan, berhemat, dan memanfaatkan nikmat yang diterima sesuai dengan kehendak Yang Memberinya. Demikianlah rakyat Brunei melihat sultannya telah memanfaatkan karunia Allah itu demi kesejahteraan rakyatnya. Tidak ada terlihat menyalahgunakan wewenang, misalnya, untuk dirinya atau keluarganya. Seperti terlihat ketika sultan ke masjid berpakaian sama seperti dipakai rakyatnya, demikian juga anak-anaknya.

[email penulis: hasbi_amiruddin@yahoo.com]

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com


Anda sedang membaca artikel tentang

Shalat Jumat Bersama Sultan Hasanal Bolkiah

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/04/shalat-jumat-bersama-sultan-hasanal.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Shalat Jumat Bersama Sultan Hasanal Bolkiah

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Shalat Jumat Bersama Sultan Hasanal Bolkiah

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger