AZMI ABUBAKAR, Mahasiswa Fakultas Syariah, Universitas Al-Azhar Mesir, aktivis Kajian Zawiyah KMA Mesir, melaporkan dari Kairo
KETIKA mengikuti mata kuliah Balaghah dan Sastra Arab, saya mendapatkan maklumah baru tentang geliat sastrawan Mesir baik dari masa klasik sampai pada masa modern. Salah satu dari para sastrawan tersebut adalah Najib Mahfud. Najib terkenal dengan magnum opus (karya sastra terbesar)-nya Khan Khalili. Ia menulis Khan Khalili dengan sangat halus. Khan Khalili yang menjadi pasar tradisonal di sudut Kota Husein mampu menghadirkan nuansa Mesir era Turki Ustmani.
Selain Najib Mahfud ada Abbas Aqad, seorang sastrawan era tahun 20-an. Abbas Aqad terkenal dengan magnum opus-nya berjudul "Sarah" yang menurut Profesor Sangidu, doktor sastra Arab di Universitas Gajah Mada, menjadi salah satu inspirasi Buya Hamka dalam menelurkan novel "Tenggelamnya Kapal van Der Wijck".
Abbas Aqad telah meletakkan genre sastra yang lebih modern dibanding sebelumnya, namun walaupun demikian sastra Arab dalam beberapa hal tetap saja tak bisa dilepaskan dari gaya sastra lama, yakni masa sebelum Islam datang.
Nama Abbas Aqad diabadikan pada nama jalan di salah satu Kota Kairo. Pengabadian nama sastrawan ini setidaknya menjadi tanda bahwa Mesir sangat mengapresiasi para sastrawan. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh sejarah masa silam dua kerajaan besar; Daulah Bani Umayah dan Abbasiyah. Apresiasi dua daulah ini kepada sastrwan sangatlah besar. Para sastrawan selalu diundang oleh sultan untuk membaca syair-syair. Sebagai imbalannya, sultan memberikan mereka upah yang tak sedikit. Beginilah cara para penguasa menghargai para sastrawan. Namun, ketika di akhir-akhir kesultanan Utsmani berkuasa apresiasi ini sedikit berkurang karena Utsmani sendiri lebih mementingkan penyair-penyair lokal, hal ini berakibat pada kejumudan perkembangan sastra di Mesir dan negeri-negeri Arab lainnya.
Bagaimana dengan para sastrawan Aceh? Saya jadi teringat dengan tulisan LK Ara di facebook yang mengusulkan nama To'et menjadi nama jalan. To'et adalah seorang penyair dari tanah Gayo yang meninggal beberapa tahun lalu. To'et menjadi salah satu penyair besar Aceh, namun hingga kini langkah-langkah untuk mengapresiasi To'et belum dilihat secara serius oleh pemerintah.
Melalui tulisan ini, kita sangat berharap ada apresiasi besar kepada para sastrawan Aceh di mana penyair harus ditempatkan pada tempatnya sebagai penyair. Ada satu pesan bahwa apresiasi kepada penyair merupakan bagian untuk memajukan tamaddun (budaya) sebuah bangsa. [email penulis: azmi_mali2000@yahoo.com]
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com
Anda sedang membaca artikel tentang
Apresiasi Mesir kepada Sastrawan
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2014/01/apresiasi-mesir-kepada-sastrawan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Apresiasi Mesir kepada Sastrawan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Apresiasi Mesir kepada Sastrawan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar