BANDA ACEH - Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Perkebunan Kementrian Perdagangan (Kemendag), Nusa Eka, mempertanyakan realisasi ekspor komoditas yang dilakukan melalui Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara.
Pasalnya, sejak izin impor produk tertentu dikeluarkan akhir September kemarin, sampai sekarang belum ada aktivitas apapun di pelabuhan tersebut.
"Kementerian Perdagangan sudah memberikan izin impor barang tertentu sebanyak 846 item untuk Pelabuhan Krueng Geukuh. Tetapi kenapa sampai sekarang aktivitas ekspor impor belum ada?" kata Nusa Eka setengah bertanya kepada wartawan seusai menyampaikan materi pada acara konfrensi kakao se-Aceh, di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Rabu (20/11).
Menurut dia, aktivitas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukuh harus dimulai dari komoditas pertanian dan perkebunan, itu pun dengan skala kecil, dengan volume antara 300 sampai 500 ton. Tujuan ekspor meliputi Malaysia dan negara tetangga lainnya, yang memang membutuhkan produk hasil pertanian/perkebunan Aceh.
Dia mencontohkan komoditas cokelat. Produksi cokelat di Aceh disebutkan mencapai puluhan ribu ton per tahun. Tetapi sambung Nusa Eka, sampai dengan Oktober kemarin belum tercatat satu ton pun komoditas cokelat yang diekspor melalui Pelabuhan Krueng Geukuh ataupun Krueng Raya, Aceh Besar. "Semuanya diekspor melalui Pelabuhan Belawan, Sumut. Demikian juga halnya dengan kentang, wortel, kol, tomat, kopi, dan komoditas lainnya," sebut Nusa Eka.
Ia juga menyinggung soal masih dilakukannya ekspor hasil perkebunan Aceh seperti kelapa sawit, CPO, karet alam, melalui Pelabuhan Belawan. Padahal apabila dialihkan melalui Pelabuhan Krueng Geukeuh, biaya bongkar muat akan lebih efesien karena tidak harus antre sampai satu minggu.
"Kepadatan dan lamanya bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan itu harusnya dijadikan peluang bagi pengelola pelabuhan Krueng Geukuh dan Krueng Raya untuk merayu dan membujuk Pengusaha Aceh yang ada di Medan menggunakan fasilitas Pelabuhan Krueng Geukuh," ujar Nusa Eka.
Direktur Perkebunan Dirjenbun, Ir Azwar AB, juga menyampaikan hal serupa. Dia katakan sudah saatnya pengusaha Aceh menggunakan Pelabuhan Krueng Geukuh untuk mengekspor maupun mengimpor barang dagangannya.
"Dari segi teknis dan regulasi, semuanya sudah lengkap. Sekarang tinggal aksi dari pengusaha lokal saja, mau atau tidak memaksimalkan peran Pelabuhan Krueng Geukuh," tegas Azwar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Safwan, mengatakan, aktivitas kegiatan ekspor impor dari Pelabuhan Krueng Geukuh akan dimulai pada 1 Desember 2013, bergeser dari jadwal yang ditetapkan semula 25 November 2013. Kegiatan perdana tersebut juga akan dihadiri Menko Prekonomian, Hatta Rajasa.
Dia juga menyampaikan, berdasarkan info yang pihaknya terima dari PT Pelindo dan pengusaha di Aceh Utara dan Lhokseumawe, sejumlah pengusaha saat ini sedang mengumpulkan komoditas-komoditas yang akan diekspor nanti.
"Kapal barang yang akan masuk kapasitas 300 - 500 ton. Membawa produk makanan dan minuman serta kebutuhan balita, seperti pempers, susu dan lainnya. Sedangkan, barang yang mau diekspor antara lain kopi, kelapa bulat, kunyit, kentang dan produk sayuran dari Aceh Tengah dan Bener Meriah," sebut Safwan.(her)
Anda sedang membaca artikel tentang
Kemendag Pertanyakan Realisasi Ekspor Aceh
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/11/kemendag-pertanyakan-realisasi-ekspor.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kemendag Pertanyakan Realisasi Ekspor Aceh
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kemendag Pertanyakan Realisasi Ekspor Aceh
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar