Ribuan Masih Mengungsi

Written By Unknown on Jumat, 05 Juli 2013 | 16.25

* Ekses Hari Ketiga Gempa Gayo

TAKENGON - Tiga hari pascagempa 6,2 SR yang mengguncang Bener Meriah dan Aceh Tengah, Selasa (2/7) siang, sedikitnya 5.000 warga di dua kabupaten bertetangga itu masih mengungsi, Kamis kemarin. Hingga tadi malam warga masih enggan tidur di rumah, karena khawatir gempa susulan. Alhasil, mereka lebih memilih bertahan di tenda-tenda darurat yang jumlahnya sangat terbatas.

Berbagai cara dilakukan warga Aceh Tengah mengantisipasi gempa susulan. Syahri, warga Desa Mentari, Kecamatan Kebayakan, meski rumahnya tak rusak parah, tapi ia tetap bermalam di luar rumah bersama keluarganya.

Sesekali mereka harus masuk rumah karena butuh bantal, selimut, mandi, atau buang hajat. Demi keamanan, ia perintahkan anggota keluarganya untuk selalu memakai helm jika harus mengambil sesuatu di dalam rumah. "Ini demi keamanan, kita tidak tahu kapan gempa terjadi lagi. Paling tidak kita sudah berusaha melindungi diri, khususnya kepala," kata Syahri.

Sejak pagi kemarin, sebagian besar korban gempa di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terlihat mulai membersihkan rumah masing-masing. Ada juga dengan bergotong royong. Namun, pembersihan rumah dilakukan warga dengan rasa khawatir akan gempa susulan dan runtuhan puing-puing rumah yang rusak. Sementara rumah yang rusak parah, sebagiannya tidak lagi dibersihkan pemiliknya. Mereka hanya mengamankan barang-barang yang masih bisa digunakan. Bahkan ada yang membawa barang seperti pakaian dan selimut untuk mengungsi ke rumah famili di seputaran kota atau di tenda darurat. Dalam suasana ini, warga tetap berharap bantuan segera datang. Selain air dan bahan makanan, yang paling dibutuhkan korban gempa adalah tenda dan selimut. "Maklum, kalau malah di Takengon ini luar biasa dinginnya," kata Imran (24), salah satu korban gempa yang masih mengungsi di luar rumahnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Jarwansyah MAP mengakui tenda bantuan masih sangat terbatas. Tidak sebanding dengan jumlah dan persebaran pengungsi. Begitupun, pihaknya sudah menyerahkan di posko bencana Bener Meriah dan Aceh Tengah masing-masing dua tenda pleton, dua tenda keluarga. Tambahan lainnya, kata Jarwansyah, sedang diupayakan dari berbagai sumber.

 Bangun huntara
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Adly Tjalok menilai, tenda darurat bukan jawaban yang tepat bagi korban gempa yang rumahnya rusak parah dan tak mungkin lagi ditempati. "Untuk dua-tiga hari bolehlah bertahan di tenda darurat. Tapi kalau sampai berminggu-minggu dan berbulan, rasanya tak lagi manusiawi," kata Adly.

Untuk itu, ia sarankan agar pemerintah bertindak cepat membangun hunian sementara (huntara) bagi para korban.

"Selain kebutuhan pokok dan pakaian, hunian yang layak adalah sesuatu yang sangat mendesak saat ini. Soalnya, dengan iklim tanah Gayo yang cukup dingin, para korban akan sangat tersiksa bila terus-terusan tidur di bawah-bawah tenda darurat," ujar Adly Tjalok yang saat menghubungi Serambi mengaku sedang berada di lokasi yang cukup parah terkena dampak gempa, yakni di Masjid Taqwa, Gampong Timang Rasa, Kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah, Kamis (4/7).

Adly menyatakan, huntara itu menjadi kebutuhan wajib bagi para korban saat ini, mengingat sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan. "Tentu para korban sangat tak nyaman bila berpuasa dengan kondisi seperti ini. Belum lagi dari sisi kesehatan, mereka cukup rentan terkena penyakit jika terlalu lama tidur di bawah tenda," ucapnya.

 Jangan harga mati
Hal yang sama diutarakan Saifuddin Bantasyam, sosiolog dari Fakultas Hukum Unsyiah. Menurutnya, tidur siang malam berlama-lama di bawah tenda pastilah berdampak buruk bagi kesehatan para korban yang sebentar lagi akan menunaikan ibadah puasa. "Lagi pula mereka toh tak bisa segera kembali ke rumah sampai ada rehabilisasi dilakukan sampai pada level yang aman untuk ditempati kembali," ujarnya.

Mengingat kondisi lapangan yang sedemikian, ia sarankan agar rencana tanggap darurat dua minggu (sebagaimana ditetapkan pemerintah), hendaknya jangan jadi harga mati. Panjangnya masa tanggap darurat mesti merujuk juga kepada kondisi geografis daerah bencana dan kondisi sosiopsikologis para korban yang selamat bersama dengan keluarganya.

Adly Tjalok malah merekomendasikan, "Kalau perlu, dana tanggap darurat yang ada sekarang alihkan saja untuk membiayai pembangunan huntara ini. Jika masih tak cukup, kita akan perjuangkan tambahan dana dalam APBA-P."

Untuk penanganan jangka panjang, ujar dia, pemerintah bisa memprioritaskan pembangunan rumah permanen bantuan dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk Aceh ke wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah. "Menurut info yang saya dengar, ada sekitar 5.000 unit rumah bantuan dari Kemenpera untuk Aceh. Saya kira, bantuan ini bisa dialihkan ke Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk mengganti rumah-rumah korban gempa yang hancur," ucapnya.

Pantauan Serambi, suasana di Takengon kemarin mulai sedikit berdenyut. Beberapa toko atau warung mulai buka. Bantuan dari berbagai pihak pun mulai berdatangan ke Bener Meriah dan Aceh Tengah, baik dari pemerintahan maupun pihak swasta.

Sekretaris BPBD Aceh Tengah, Masrizal Edy, menyebutkan, di antara pihak yang sudah menyalurkan bantuannya adalah BPBA, BPBD Bireuen, Lhokseumawe, Distan Aceh Tengah, para relawan mahasiswa, HMI, dan mahasiswa Universitas Gajah Putih. Dari jajaran bank, bantuan dari Bank Mandiri Banda Aceh, BRI Takengon, dan Bank Aceh Takengon juga sudah disalurkan. Namun, hingga kemarin, bantuan belum terdistribusi merata ke beberapa desa, karena sulitnya akses jalan ke lokasi bencana. (gun/pon/dik)
 
korban meninggal
di aceh tengah
Rukayah (53), Blang Mancung, Ketol
Wardiman (17), Blang Mancung
Fahliansyah Putra (17) Blang Mancung
Jiham Arijal (43), Blang Mancung
Karsibun (55), Blang Mancung
Leo Yuda Pratama (14) Blang Mancung
Ramayani (4) Selon, Ketol
Doni  (9) Blang Mancung
Karim (9) Jaluk, Ketol
Zainuddin (9) Simpang Juli, Ketol
Bin Jakfar (9) Serempah, Ketol
Sebelas orang lagi belum teridentifikasi. (gun)

dampak gempa
- Meninggal 33 orang
- Hilang 11 orang
- Luka berat 92
- Luka ringan 108
- Rumah rusak 4.727 (berat 2.828, ringan 1.899)
- Kantor rusak 67 (berat 39, ringan 28)
- Sekolah rusak 57 unit (berat 32, ringan 25)
- Sarana kesehatan rusak 35 (berat 20, ringan 15)
- Tempat ibadah rusak 116 unit (berat 64, ringan 51)
- Jalan rusak 7 lintasan.
- Puluhan hektare kebun kopi rusak.
* Sumber: Posko Siaga Bencana Pemkab Aceh Tengah. (gun)


Anda sedang membaca artikel tentang

Ribuan Masih Mengungsi

Dengan url

http://acehnewinfo.blogspot.com/2013/07/ribuan-masih-mengungsi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Ribuan Masih Mengungsi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Ribuan Masih Mengungsi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger