Kamis, 22 November 2012 14:41 WIB
BANDA ACEH - Keberadaan peralatan sistem peringatan dini (Early Warning System/ EWS) untuk bahaya tsunami di Aceh belum berfungsi optimal. Ahli Tsunami dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah, Dr Khairul Munadi mengatakan meskipun ada sirene yang berbunyi, namun sudah terlambat beberapa menit dari jadwal yang telah ditentukan.
"Seharusnya sirene berbunyi lima menit setelah gempa. Sedangkan gempa pada 11 Agustus 2012 lalu, sirene mulai berbunyi setelah lima menit bahkan lebih lama lagi dari perkirakan waktu ancaman bahaya tsunami," katanya pada Asean Workshop on Early Warning System for Tsunami Disarter di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Rabu (21/11).
Menurutnya saat terjadi gempa bumi yanga berpotensi tsunami di Aceh 11 April 2012 lalu, banyak sistem peringatan dini di pesisir Aceh tidak berfungsi. Bahkan banyak sirene yang rusak sehingga tidak mampu memberikan aba-aba bagi masyarakat di kawasan pesisir Aceh.
Khairul menyebutkan tsunami di Aceh adalah tsunami dalam jarak dekat yang mampu menjangkau pantai dalam hitungan menit, sehingga diperlukan peringatan bahaya potensi tsunami dengan respon cepat.
"Gempa yang terjadi 11 April 2012 lalu merupakan kesempatan uji coba peralatan sistem peringatan dini tsunami di Aceh, namun masih banyak peralatan tersebut tak berfungsi," tegasnya.
Ia mengatakan, terdapat beberapa elemen yang mempengaruhi kacaunya sistem peringatan dini. Di antaranya jaringan yang digunakan sebagai remote control masih mengandalkan sinyal GSM, Vsat atau Byru. Saat terjadinya gempa tersebut, jaringan tersebut overload (sangat padat) sehingga jaringan koneksi terganggu dan tidak terhubung antara peralatan yang ditempatkan di tengah laut, menara kontrol dengan sirene terputus.
"Sistem peringatan dini tsunami di Aceh tidak menggunakan sinyal komunikasi prioritas sehingga banyak yang terganggu saat gempa melanda Aceh pada 11 April 2012 lalu," ujar Khairul.
Selain itu, katanya, peralatan EWS hanya mengandalkan listrik jaringan PLN, dan tidak menggunakan energi alternatif lain yang mampu mamasok energi listrik saat darurat, seperti UPS dan genset yang dapat beroperasi secara otomatis.
Dari aspek lain, sebut Khairul, petugas operator juga belum mampu bekerja maksimal. "Saat sistem tidak konek dengan peralatan, maka peralatan tidak dapat dibunyikan dengan otomatis dan kontrol jarak jauh, sementara petugas tidak paham cara membunyikan sirene secara manual," ujarnya.
Di Banda Aceh, hanya ada enam tower sirene yang tersebar di sejumlah pesisir pantai. Sedangkan di Meulaboh, Calang dan Sabang belum memiliki sirene peringatan tsunami.
Workshop Sistem Peringatan Dini Tsunami dilaksanakan TDMRC Unsyiah bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi RI, turut dihadiri unsur Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dari 23 kabupaten/kota, anggota DPRA dan perwakilan dari negara Malaysia, Thailand dan Singapura. (min)
Anda sedang membaca artikel tentang
Sirene Tsunami tak Berfungsi
Dengan url
http://acehnewinfo.blogspot.com/2012/11/sirene-tsunami-tak-berfungsi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Sirene Tsunami tak Berfungsi
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar